Firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi Zakharia pada kedua ayat ini kerap lebih dikenal melalui tulisan Injil untuk menekankan pemenuhan nubuatan mesianik pada diri Yesus Kristus, seperti yang dilakukan pada Matius 21:5 dan Yohanes 12:15. Sesuai dengan kisah masuknya Yesus Kristus ke Yerusalem, pesan mesianik dari mulut nabi Zakharia ini memang memiliki unsur kelemahlembutan yang sangat tinggi. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan ketidakcocokan ekspektasi pada diri para pendengar, khususnya jika mereka mengharapkan sebuah tindakan sesuai dengan pertimbangan sendiri.

Bagi umat Israel yang sedang takluk di bawah kekuasaan yang sangat kuat hingga memaksa mereka hidup dalam praktek pembuangan pada saat itu, tentu pembebasan yang sangat masuk akal adalah melalui gerakan perlawanan politik dan militer yang besar. Artinya, secara logika pembebasan dari kekuasaan perang saat itu hanya dapat terjadi melalui perlawanan kekuasaan yang juga sama kuat, bahkan lebih kuat. Mungkin saja, pemahaman seperti ini juga mereka lekatkan kepada Tuhan, Sang pemberi jaminan kebebasan. Besar kemungkinan, umat Israel memahami pembebasan dari Tuhan akan terjadi melalui gebrakan politik dan kemunculan penguasan besar yang kuat dari bangsa Israel untuk melawan kekuasaan pada saat itu. Namun, firman Tuhan ini justru menunjukkan kebalikannya, yakni Tuhan memberikan pembebasan melalui kelemah lembutan. Keadilan dan kejayaan akan Tuhan hadirkan bagi mereka melalui ketenangan, lemah lembutan dan kedamaian, bukan melalui aksi-aksi penuh kekerasan maupun pemaksaan. 

Sahabat Alkitab, renungan firman Tuhan pada hari ini kembali mengajak kita untuk menyadari bahwa tindakan Tuhan seringkali terjadi dalam cara-cara yang tidak sesuai dengan keinginan dan pertimbangan diri sendiri. Misalnya saja pembebasan dari Tuhan bagi bangsa Israel yang tidak menciptakan suasana penuh pemaksaan dan kekerasan. Tuhan menunjukkan bahwa kelemahlembutan akan membawa dampak yang jauh lebih masif dalam menghadirkan keadilan dan kedamaian, meski harus dilakukan di tengah situasi penuh kesemena-menaan. Inilah salah satu bentuk misteri cara Tuhan dalam memelihara umat-Nya, meski seringkali sulit untuk diterima oleh pemikiran manusia.