Perikop ini tidak hanya menjadi catatan sejarah mengenai momen perjumpaan bangsa Israel dengan TUHAN tetapi juga sebagai penegasan tentang identitas keimanan mereka kepada TUHAN. Lebih lengkap lagi, melalui keenam ayat ini kita dapat melihat perihal perbedaan antara fundamentalisme keimanan bangsa Israel yang menyembah TUHAN dari bangsa-bangsa lain yang melakukan penyembahan kepada hewan atau benda-benda langit. Perbedaan di antara keduanya sangatlah kentara bahwa bangsa lain menyembah ciptaan sedangkan bangsa Israel menyembah TUHAN, Sang pencipta langit dan bumi. Semua ini pun terjadi karena TUHAN-lah yang memilih bangsa Israel dan memberikan pengenalan yang tepat kepada mereka. Itu pula mengapa kita melihat peringatan yang sangat tegas bagi bangsa Israel yang dilarang melakukan penyimpangan.
Mungkin ada sebagian orang yang bertanya-tanya, kenapa TUHAN tidak menampilkan wujud-Nya dan melarang bangsa Israel membuat patung apa pun untuk disembah? Apabila kita perhatikan lebih lanjut terhadap keenap ayat ini, maka kita akan menemukan sebuah bentuk pelatihan fokus beriman kepada TUHAN. Bangsa Israel sedang diajarkan tentang pentingnya mengarahkan hati dan pikiran hanya kepada TUHAN di sepanjang perjalanan petualangan yang mereka lakukan. Tentu saja, terdapat banyak masalah dan tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Israel selama perjalanan menuju tanah perjanjian. Semua hal itu pun berpotensi mengalihkan pandangan orang Israel dari TUHAN, Penyelamat dan Pembimbing mereka. Oleh sebab itu, larangan agar tidak membuat patung yang menyerupai apa pun disampaikan agar mereka hanya menautkan hati dan pikirannya kepada TUHAN.
Sahabat Alkitab, larangan yang diberikan oleh TUHAN kepada bangsa Israel dalam perikop ini tidaklah berakhir pada persoalan bentuk perupaan, entah itu patung maupun lukisan. Melainkan jauh lebih dalam dari pada itu, TUHAN sedang mendidik mereka agar tetap mengarahkan hati, pikiran dan iman hanya kepada Diri-Nya. TUHAN ingin bangsa Israel memiliki kewaspadaan agar mereka tidak menjadi salah fokus di tengah beragam kondisi kehidupan yang berpotensi mengaburkan fokus iman kepada-Nya. Kita pun perlu menyadari bahwa setiap peristiwa suka maupun duka, kebahagiaan maupun kesedihan sama-sama berpotensi mengganggu arah pandangan kita kepada TUHAN. Oleh sebab itu, marilah kita mengarahkan dan pertahankan hati serta pikiran hanya kepada TUHAN.