Janji untuk Setia

Renungan Harian | 15 Februari 2025

Janji untuk Setia

Rasanya dalam kehidupan ini, seringkali kita dihadapkan pada keputusan besar yang menguji kesetiaan kepada Allah, baik secara pribadi maupun dalam komunitas. Bagi umat Israel yang baru saja pulang dari pembuangan, kesetiaan dan upaya untuk membarui komitmen menjadi bagian dalam ungkapan syukur kepada Allah yang setia. Mereka menyadari bahwa penyimpangan dari hukum Tuhan telah membawa mereka pada penderitaan, dan kini mereka dengan sadar serta sukarela berjanji untuk setia kepada perintah-Nya. Perjanjian yang dibuat berisi kesepakatan yang melibatkan seluruh umat, termasuk para pemimpin, imam, orang Lewi, dan setiap orang yang cukup dewasa untuk mengerti. Mereka siap menerima kutuk jika melanggar hukum Tuhan, bukan sebagai hukuman yang kejam, tetapi sebagai bentuk disiplin ilahi yang membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Perjanjian ini dibuat secara terbuka, menunjukkan keseriusan mereka dalam menaati hukum Allah.

 

Setidaknya ada dua janji yang diungkapkan dalam teks yang kita baca ini. Pertama, kesetiaan kepada Allah dalam hubungan pernikahan. “Kami juga tidak akan memberi anak-anak perempuan kami kepada bangsa-bangsa negeri ini, ataupun mengambil anak-anak perempuan mereka bagi anak-anak lelaki kami” (ayat 30). Janji ini ditujukan kepada para orang tua, karena pada masa itu, orang tualah yang mengatur pernikahan anak-anak mereka. Janji ini menegaskan prinsip penting bahwa seorang pengikut Allah seharusnya hanya menikahi orang yang juga memiliki komitmen yang sama kepada Allah. Pernikahan tidak hanya menjadi ikatan antara dua individu, tetapi juga antara dua keluarga, budaya, dan keyakinan. Kedua, perjanjian untuk menghormati Sabat (ayat 31), baik minggu Sabat maupun tahun Sabat. Dalam hukum Perjanjian Lama, Allah memerintahkan bahwa tidak seorang pun boleh membeli atau menjual apapun pada hari Sabat. Orang-orang Yerusalem di masa lalu (sebelum pembuangan) telah melanggar hukum ini, maka kini mereka yang baru pulang dari pembuangan, berkomitmen mengikat diri dalam perjanjian dengan Allah untuk menaati hukum-Nya. Sabat bukan hanya tentang larangan bekerja, melainkan tentang mengutamakan Tuhan di atas segala hal.

 

Sahabat Alkitab, melalui kisah ini kita belajar bahwa pilihan-pilihan hidup haruslah dibuat berdasarkan ketaatan kepada Allah dengan segala ketetapan-Nya. Umat Israel pasca pembuangan mengerti betul konsekuensi dari ketidaktaatan. Meskipun harus kita akui bahwa untuk tetap taat pada perintah-Nya bukanlah hal yang mudah. Apalagi berada di tengah masyarakat yang seringkali memiliki nilai berbeda dengan yang kita imani. Namun itulah harga yang harus kita bayar sebagai bentuk syukur atas segala kebaikan Allah yang sudah kita terima.

 

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia