Kehidupan gerejawi tersusun berdasarkan kesediaan masing-masing anggotanya untuk memberi diri dalam pertumbuhan gereja. Dalam upaya dan cinta kasih tersebut akhirnya gereja dapat menjalankan fungsinya untuk menghadirkan cinta kasih serta damai sejahtera kepada dunia. Kesadaran tersebut yang juga dibangun oleh Nehemia pada masa awal kepulangan mereka ke Yerusalem.
Kesadaran tersebut mewujud dalam ketentuan memberikan hasil pertama dari ladang serta ternak adalah tindakan iman yang luar biasa. Mengapa? Sesungguhnya mereka belum tahu apakah tanah akan kembali subur atau apakah hewan mereka akan kembali beranak. Namun, mereka tetap menyerahkan yang pertama kepada Allah. Semua ini didasari oleh sebuah janji, "Kami tidak akan membiarkan rumah Allah kami." (ayat 39). Mereka memiliki kesadaran untuk menjaga kehidupan rohani komunitas dan memahami bahwa keberadaan rumah Allah adalah pusat dari identitas spiritual mereka.
Beranjak kepada ketentuan tersebut, maka sesungguhnya kita dapat menarik maknanya kepada kehidupan saat ini. Memberi persembahan adalah tanda keterlibatan kita dalam pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Maka hendaknya setiap orang percaya memiliki kesadaran yang kuat akan hal itu.
Motivasi dibalik memberi dan mempersembahkan bukanlah pemikiran bahwa kita akan langsung mendapatkan balasan materi. Sebaliknya, mempersembahkan berarti mengalami undangan untuk mengalami kasih karunia Tuhan dalam bentuk yang lebih luas—kedamaian, sukacita, dan penyelenggaraan Ilahi yang sering kali melampaui apa yang bisa dihitung dengan angka. Nehemia mencatat bahwa orang-orang Yahudi pada masa itu dengan sukarela mengatur giliran membawa kayu bakar ke Bait Suci, memastikan bahwa pekerjaan Tuhan tidak terhambat. Hal ini mengajarkan bahwa persembahan diri kepada Tuhan bukanlah beban, melainkan kesempatan untuk menunjukkan kasih kita kepada-Nya.
Kita diajak untuk merenungkan, apakah kita memberi dengan hati yang tulus atau sekadar kewajiban? Tuhan tidak membutuhkan pemberian kita, tetapi Dia ingin melihat hati yang penuh sukacita dalam memberi. Memberi bukan hanya terkait harta benda kita, tetapi juga soal hati yang tunduk dan percaya kepada Tuhan. Dalam memberi, kita menempatkan Tuhan sebagai prioritas, menunjukkan iman kita, dan mengingat bahwa segala yang kita miliki berasal dari-Nya. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga rumah Tuhan secara fisik, tetapi juga menjaga hati kita agar tetap melekat kepada-Nya.