Kesediaan untuk terlibat dalam rencana Allah bagi dunia adalah panggilan kita sebagai umat Tuhan. Namun sayangnya tidak banyak orang yang menyadarinya. Kita sibuk pada urusan masing-masing untuk mengejar kenyamanan dan keamanan dalam hidup. Maka penting bagi kita untuk menyediakan diri dalam rencana-Nya. Seperti yang kita lihat dalam bacaan kali ini.
Restorasi Yerusalem terjadi secara bertahap. Pertama-tama yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu adalah membangun tembok kota Yerusalem. Pembangunan tembok ini menjadi penting karena ancaman yang bisa datang kapan saja dari bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Setelah tembok itu selesai langkah selanjutnya adalah mengatur proses pemukiman kembali. Jika kota tersebut terlihat kosong maka kemungkinan besar akan dikuasai kembali oleh orang-orang bukan Yahudi yang bermaksud jahat. Kita harus jujur mengakui bahwa proses tersebut tidaklah mudah. Jauh lebih stabil kehidupan di Babel karena tantangan di Yerusalem begitu berat. Stabilitas belum terjaga ditambah ancaman keamanan dari bangsa-bangsa di sekitar mereka. Maka cara penyelesaian yang ditawarkan adalah dengan membuang undi (ayat 2). Pada masa itu “membuang undi” dihayati sebagai intervensi Ilahi dalam penyelesaian perkara yang pelik. Mereka yang terpilih pergi ke Yerusalem untuk menetap disana, meninggalkan kenyamanan, menuju ambang batas iman serta kehidupan yang berlandaskan janji serta cinta kasih-Nya.
Rakyat memuji kesediaan orang-orang tersebut yang rela menetap di Yerusalem. Mereka tahu bahwa tidak mudah untuk memulai kehidupan di kota tersebut. Terlebih mereka harus menghadapi perjalanan jauh yang harus ditempuh dari Babel menuju ke Yerusalem. Mereka yang datang dan menetap di Yerusalem di data berdasarkan asal suku mereka. Salah satu yang disebut pada ayat ini adalah Yehuda dan Benyamin. Dari dua suku ini tercatat ada empat ratus enam puluh delapan orang yang menetap di Yerusalem. Mereka adalah anggota kepala-kepala provinsi Yehuda yang rela menetap di Yerusalem. Tercatat pula para imam yang ikut dalam rombongan.
Menyediakan diri untuk terlibat dalam rencana-Nya dengan demikian melibatkan sebuah langkah iman untuk memilih dan menjalani pilihan tersebut dalam keyakinan bahwa hal itulah yang menjadi panggilan Allah bagi kita. Jalan yang merintangi pilihan kita mungkin tidaklah mudah, tetapi Allah pasti menyertai karena Ia yang memanggil kita untuk terlibat dalam perwujudnyataan karya-Nya. Kita mungkin harus meninggalkan banyak kenyamanan hidup dalam prosesnya, tetapi justru saat itulah kita belajar akan janji serta pengharapan-Nya yang selalu dinyatakan dalam dunia ini.