Sudah lama kita memahami bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kita hidup senantiasa membutuhkan orang lain dan bahkan senantiasa terikat dalam kehidupan bersama. Kenyataan dasariah ini seringkali menemukan realita yang berbeda. Masing-masing orang menjunjung tinggi ego mereka sehingga persatuan dan gerak bersama menuju visi yang telah ditetapkan menjadi semakin sulit. Maka diperlukan refleksi mendalam atas kehidupan bersama, sehingga masing-masing orang menyadari keberadaannya sebagai organisme yang saling terikat satu dengan yang lain menuju titik tujuan yang dihayati bersama.
Perikop kita masih berbicara mengenai proses kepulangan kembali ke Yerusalem. Beberapa tahap telah dilalui, mulai dari pengamatan tanah Yerusalem, sampai kepada pembangunan kembali. Kini proses itu telah selesai, tiba waktunya untuk memenuhi kembali tanah Yerusalem dengan orang-orang Yahudi. Undi dibuang untuk menentukan orang-orang yang akan pergi ke Yerusalem. Mereka yang telah terpilih dicatat dengan baik oleh Nehemia sebagaimana tampak dalam perikop yang kita baca saat ini. Pada ayat 15-24, tercatat orang-orang dari suku Lewi dengan peran mereka masing-masing. Mereka bertanggung jawab atas aspek-aspek peribadahan di rumah Tuhan.
Orang-orang itu dicatat berdasarkan asal suku mereka. Pada ayat 15 misalnya disebutkan
nama Semaya bin Hasub bin Azrikam bin Hasbya bin Buni, juga ada Sabetai serta Yozabad. Mereka yang disebut ini adalah pemimpin orang Lewi yang ikut pindah ke Yerusalem dan berjumlah dua ratus delapan puluh empat orang. Selain itu disebutkan pula orang-orang dengan peran spesifik mereka seperti Akub dan Talmon yang menjaga pintu gerbang Rumah Tuhan. Tidak hanya di Yerusalem, melainkan orang-orang Lewi lainnya tinggal di semua kota Yehuda. Mereka mengisi peran sebagai pelayan-pelayan bait Allah. Supaya masing-masing orang dapat menjalankan perannya dengan baik maka ditunjuklah orang-orang yang mengawasi mereka di Yerusalem.
Kehidupan bersama yang dibangun dalam konteks apapun pasti memerlukan kesediaan masing-masing individu untuk menurunkan egonya dan terlibat dalam kerja bersama berdasarkan misi yang telah terlebih dahulu disusun. Jika masing-masing orang hanya memikirkan dirinya sendiri maka tidak tercapai tujuan bersama tersebut. Inilah yang dapat kita refleksikan saat ini. Kaum Lewi menyediakan diri mereka untuk kembali ke Yerusalem serta membaktikan diri melalui tugas-tugas peribadahan. Apakah panggilan Allah yang dapat kita kerjakan dalam rangka partisipasi dalam kehidupan bersama yang kita hidupi? Baik itu di masyarakat, lingkungan kerja, maupun persekutuan kita masing-masing. Persembahkanlah diri kita bagi kemuliaan nama-Nya, karena itulah yang Allah kehendaki untuk kita lakukan.