Menerima Apapun Dari-Nya.

Renungan Harian | 18 Maret 2025

Menerima Apapun Dari-Nya.


Setiap orang pasti menginginkan kondisi tubuh yang sehat. Bukankah hal tersebut adalah yang menjadi doa kita setiap momen pertambahan usia. Namun tetap saja seringkali sakit datang serta menghambat aktivitas kita. Sungguh berat rasanya, apalagi bila sakit tersebut ternyata cukup parah dan harus diderita dalam jangka waktu yang lama. Disinilah tantangan yang sesungguhnya. Sakit yang dialami tersebut tidak hanya menyerang fisik tetapi juga jiwa dan kerohanian kita. Keputusasaan seringkali muncul, diiringi dengan pertanyaan apakah saya akan mengalami kesembuh. Hingga pada satu titik kita menjadi lelah untuk meminta kepada-Nya dan tergoda untuk berhenti berharap. Saat itu terjadi maka tubuh pun ikut menyerah untuk berjuang. 


Sakit yang begitu parah juga dialami Ayub. Sesosok pribadi yang begitu saleh dan taat kepada Tuhan. Sebelum sakit berupa bisul yang busuk itu menimpa Ayub, Ia telah kehilangan anak-anaknya beserta seluruh harta bendanya. Sakit dan raibnya segala sesuatu yang Ayub miliki merupakan bagian dari tindakan Iblis untuk membuktikan bahwa Ayub menjadi saleh dan taat karena ia memiliki segala sesuatu, saat semuanya itu diambil darinya, masihkah Ayub mempertahankan kesalehannya. Saat segala yang dimilikinya raib, Ayub tetap mempertahankan kesetiaan kepada Allah. Iblis masih meragu, ia yakin bahwa Ayub akan menghujat Allah dan meninggalkan segala sujud bakti kepada-Nya. Ayub sekali lagi berhadapan dengan malapetaka melalui sakit yang dideranya. 


Pandangan umum yang berkembang saat itu, tetapi mungkin juga masih terasa saat ini ialah mengikuti Allah berarti terjaminnya kehidupan. Pekerjaan yang baik/panen berlimpah, memiliki keturunan, dan terbebas dari sakit penyakit. Jika hal-hal tersebut tidak terpenuhi, buat apa manusia menjadi umat-Nya? Itulah respon dari istri Ayub terhadap penderitaan yang dialami oleh keluarga itu. Ia berkata, “Masihkah engkau bertekun dalam kesalehanmu? Kutuklah Allah dan matilah!” Kita harus mengingat bahwa istri Ayub adalah korban dari tragedi juga. Sepuluh anaknya lenyap sudah, bayangan masa depan sirna dalam sekejap. Masa depan kosong bagaikan maut. Keadaan suaminya memalukan dan penderitaannya memilukan. Seruannya tersebut adalah seruan keputus asaan yang mengajak Ayub untuk memutuskan hubungan dengan Allah yang mendatangkan ketidak baikan dalam hidup mereka. 


Namun, berbeda dengan istri Ayub yang memutuskan hubungan dengan Allah karena tragedi yang dialaminya, Ayub memilih untuk tetap berelasi dengan Allah. Hal tersebut terlihat dalam jawaban Ayub kepada istrinya, “Engkau berbicara seperti perempuan bebal! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Melalui kata-kata tersebut Ayub menegaskan sikapnya yang hendak tunduk pada kehendak-Nya, tetap menjalin relasi dengan Allah, seraya ingin mengenal maksud Allah melalui penderitaan yang menimpa-Nya. Sakit menular yang dideranya, sama sekali tidak mengubah pendirian Ayub. Ia tidak mau menghujat Allah karena tragedi yang menimpanya. 


Kiranya kita dapat mengingat keteladanan Ayub tersebut di kala tragedi datang dalam kehidupan kita. Dalam sakit atau dukacita kita diajak untuk tetap membangun hubungan dengan-Nya. Proses tersebut memang tidaklah mudah. Selalu saja terselip tanya akan alasan semua itu terjadi atau mengapa Tuhan mengizinkan hal yang begitu berat terjadi dalam hidup kita. Namun dalam semua tanya yang mungkin menyeruak dalam tragedi, hendaklah kita selalu menyadari bahwa Tuhan punya maksud-Nya tersendiri yang melampaui keterbatasan akal kita. Maka tetaplah menjadi orang-orang Kristen yang taat dan beriman kepada-Nya dalam segala sesuatu yang mungkin sedang kita alami. Semoga Tuhan menguatkan serta membimbing kita.



Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia