Diam Bukan Berarti Abai

Renungan Harian | 2 Juni 2025

Diam Bukan Berarti Abai

Ada kalanya seseorang memilih diam bukan karena tidak peduli, melainkan karena sedang bertindak. Seorang ibu, misalnya, bisa tampak diam ketika anaknya mengeluh lapar. Tapi di dapur, ia sedang sibuk menyiapkan makanan atau mengambil telepon genggamnya untuk memesan makanan secara daring. Ia mendengar, memahami, dan bertindak—tanpa perlu menjawab dengan kata-kata. Demikian pula, Elihu dalam konteks bacaan hari ini, ia menawarkan sebuah perspektif bahwa ketika Allah “berdiam diri” (Ibrani: yashqit), bukan berarti Ia tidak peduli. Justru, diam-Nya bisa menjadi tanda bahwa Ia telah mendengar jeritan tertindas dan kini bertindak menyelamatkan. Keadilan ilahi tidak selalu dinyatakan melalui suara gemuruh atau tindakan kasat mata, tetapi juga melalui keheningan yang menyelamatkan.


Secara dramatis Elihu mengingatkan, bahwa tidak ada manusia yang berhak mengadili Allah. Ia berada di luar sistem pengadilan manusia. Ketika Allah “menyembunyikan wajah-Nya”, itu bukanlah kelemahan, tetapi pernyataan murka dan teguran terhadap kejahatan. Dalam diam-Nya, ada teguran. Dalam keheningan-Nya, ada hukuman. Maka, keadilan Allah bukan hanya aksi, tetapi juga ketidakhadiran yang bermakna. Elihu juga mendesak Ayub agar bertobat dan bersikap rendah hati. Dalam logika Elihu, langkah awal menuju pemahaman akan keadilan Allah adalah pengakuan dosa dan keterbukaan untuk diajar oleh hikmat-Nya.


Sayangnya, sikap Elihu yang kaku, hitam-putih, dan kurang empatik ini mencerminkan betapa mudahnya seseorang yang merasa benar secara teologis, sering kali tergelincir untuk mengabaikan kompleksitas luka dan penderitaan pribadi orang lain. Dari sinilah kita belajar bahwa walaupun pemahaman teologi kita benar, pendekatan kita belum tentu bijaksana. Kebenaran tentang Allah yang adil, tidak seharusnya menjadi alat untuk menghakimi mereka yang menderita, melainkan menjadi lentera yang menuntun kita kepada belas kasih.


Sahabat Alkitab, marilah kita merenungkan kembali, ketika Allah tampak diam, apakah kita masih dapat percaya bahwa Ia bertindak? Ketika keadilan terasa tertunda, apakah kita mampu menunggu dengan pengharapan? Kita dipanggil untuk belajar membedakan antara diam yang menyakitkan dan diam yang menyelamatkan. Elihu mungkin tidak memahami seluruh misteri penderitaan, tetapi ia mengingatkan kita bahwa keadilan Allah sungguh nyata, meski bekerja dalam cara yang melampaui logika kita. Maka, biarlah kita belajar percaya—bukan karena kita mengerti segalanya, melainkan karena kita mengenal Pribadi yang mengatur segalanya dengan bijaksana.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia