Hikmat dari Tuhan sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan serta hambatan yang kita alami di kehidupan sehari-hari. Hikmat tersebut memampukan kita untuk merespon dengan tepat situasi-situasi yang datang dan seringkali tidak terduga. Salah satunya untuk berserah pada ketetapan Tuhan, tetapi pada satu sisi tidak menyerah dan terus berjuang untuk berjalan dalam tuntunan serta ketetapan Tuhan. 

Saat janji Tuhan tergenapi kepada bangsa Yehuda melalui kepulangan mereka ke tanah leluhur, mungkin dalam benak bangsa tersebut momen itu dimaknai sebagai akhir dari segala penderitaan serta perjuangan mereka. Namun rupanya hambatan dan tantangan menghadang bangsa itu dalam membangun kembali kehidupan, terutama saat mereka membangun kembali rumah Allah. Bahkan pembangunan bait Allah harus terhenti selama 15 tahun lamanya. Hingga pada satu titik, Nabi Hagai dan Zakharia bin Ido memberikan nubuatan kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di Yehuda dan di Yerusalem. Kedua nabi tersebut memberikan penguatan kepada umat bahwa Allah menyertai mereka. Desakan itulah yang mendorong mereka untuk mulai membangun kembali. 

Disinilah kita melihat bahwa janji Tuhan pasti tergenapi karena Ia tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Bupati daerah tersebut yakni Tatnai tidak menyalahgunakan wewenangnya. Alih-alih menghentikan pembangunan itu dengan sewenang-wenang, ia memilih untuk melakukan klarifikasi bahkan melaporkan kepada Raja Darius terkait situasi tersebut agar jelas situasi yang terjadi. Dengan rinci dan detail dilaporkan dengan apa adanya. Tatnai memulai laporannya dari kesan aktual yang didapatnya yakni pembangunan Rumah Allah yang dikerjakan dengan seksama serta berjalan dengan baik. Tanpa menghakimi, Tatnai mencoba untuk bertanya dengan wewenang siapakah pembangunan itu dimulai kembali. Pertanyaan tersebut wajar karena atas dekrit Raja Artahsasta pembangunan itu dihentikan. Dengan detail pula nama tua-tua Yahudi dicatatnya agar surat tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Pada saat yang sama para tua-tua Yahudi tidak gentar melaksanakan pembangunan rumah Allah tersebut. Ayat 5 menegaskan bahwa keyakinan para tua-tua tersebut berasal dari penghayatan akan keberpihakan Allah kepada umat-Nya itulah yang dapat disimpulkan dari pernyataan “mata Allah tertuju pada tua-tua orang Yahudi…”

Maka dari kisah ini kita belajar bahwa tantangan serta hambatan mungkin saja hadir dalam kehidupan kita. Mungkin dalam dunia kerja, relasi dengan sesama, atau bahkan pelayanan kita. Satu hal yang dapat kita yakini ialah jika kita berjalan dalam ketetapan dan kehendak-Nya maka Tuhan akan senantiasa menyertai kita bahkan dalam segala hambatan serta tantangan yang terjadi. Pada sisi lainnya keyakinan akan penyertaan Tuhan tersebut sudah sepatutnya disambut dengan karya dan kerja yang dilakukan dengan penuh kesungguhan. Sebagaimana yang tampak pada perikop kita saat ini. Allah melalui nabi-Nya menyatakan janji penyertaan-Nya, sementara orang-orang Yahudi memulai kembali pembangunan rumah Allah dengan penuh kesungguhan hati. Dalam timbal balik tersebut segala tantangan dan hambatan dapat dilalui dengan penuh keyakinan. Pertolongan Allah seringkali kita bayangkan hanya pada hasil final dari sesuatu yang kita perjuangkan sesuai dengan apa yang kita kehendaki, tetapi melalui kisah ini kita dapat melihat bahwa pertolongan Allah seringkali terjadi dalam proses serta dinamika kehidupan yang kita hadapi sehari-hari.