Mazmur 11:1-7 (lanjut baca)
Beberapa bulan terakhir, masyarakat Indonesia disuguhkan dengan berbagai berita yang mengguncang keadilan sosial: pemberhentian kerja sepihak tanpa solusi manusiawi, kriminalisasi terhadap mereka yang membela hak rakyat kecil, dan skandal korupsi yang mencederai rasa keadilan. Situasi ini menimbulkan pertanyaan dan respons sinis di kalangan masyarakat, mengapa orang jahat tampaknya terus berjaya, sementara mereka yang tulus dan benar justru dilemahkan oleh sistem?
Pertanyaan dan kegelisahan ini bukan hal baru. Pemazmur juga pernah mengalaminya. Dalam Mazmur 10, ia melukiskan betapa orang-orang jahat menindas yang lemah dan bersikap seolah-olah Tuhan tidak akan bertindak. Mereka mengandalkan kekuasaan dan kelicikan, bahkan menyombongkan diri seolah Tuhan tidak melihat. Namun di tengah kepedihan dan tangis ketidakadilan, pemazmur tidak menyerah. Ia menutup seruannya dengan penuh iman, “Engkau menguatkan hati mereka, Engkau mengarahkan dengan telinga-Mu,” (10:17).
Lalu dalam Mazmur 11, muncul suara iman yang berani, “Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku, ‘Terbanglah ke gunung seperti burung!” (11:1). Ungkapan ini menegaskan bahwa Pemazmur menolak untuk menyerah kepada ketakutan. Ia tahu bahwa Tuhan masih duduk di takhta-Nya. Dia tidak diam. Dia melihat. Dia peduli. Dia adil.
Sahabat Alkitab, ketika keadilan tampak jauh dan ketakutan membayangi, kita dihadapkan pada pilihan, lari atau berdiri dalam iman. Dunia boleh runtuh, fondasi sosial boleh goyah, tapi Tuhan tidak pernah meninggalkan takhta-Nya. Seperti Daud, marilah kita menolak nasihat yang didorong oleh ketakutan. Sebaliknya, kita memilih percaya bahwa Tuhan melihat umat-Nya dan akan menyatakan keadilan-Nya tepat pada waktunya.