Orang-orang beriman seringkali agak kurang tepat dalam memaknai sikap “berserah” kepada Tuhan. Kita menganggap bahwa dalam keberserahan kepada Tuhan itu artinya segala sesuatu kita letakkan pada Tuhan, manusia hanya menjadi peserta pasif dalam seluruh rencana Allah. Pemahaman demikian sesungguhnya kurang tepat karena Allah juga memerintahkan kita untuk mengasihi-Nya dengan akal budi kita. Itu artinya dalam sikap keberserahan kepada Tuhan ada sebuah dialog dan partisipasi aktif antara Tuhan dengan umat untuk mewujudnyatakan kehidupan yang sesuai dengan rancang bangun-Nya.
Demikianlah yang terjadi pada peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir. Kita seringkali mengira bahwa peristiwa besar tersebut adalah “penampilan tunggal” Allah sebagai Sang Penyelamat, sementara manusia hanya menerima apa yang dikerjakan-Nya. Padahal sedari awal saat Allah melibatkan Musa itu asrtinya Allah hendak mengerjakan penyelamatan bangsa Israel tersebut dengan melibatkan manusia sebagai pelaksana aktif rencana Allah tersebut. Di dalam perjalanan yang panjang-pun seringkali terjadi dialog antara Musa dan Allah untuk menentukan yang terbaik bagi bangsa Israel demi menuju tanah terjanji.
Salah satu bentuk partisipasi aktif yang diinginkan Tuhan nampak pada bacaan kali ini saat Ia meminta Musa untuk menghitung umat Israel menurut kaumnya dan dari setiap kaum dipilih satu untuk mendampingi musa, orang yang menjadi pemimpin kaum keluarganya. Pemilihan pemimpin masing-masing kaum ini sesungguhnya langkah awal dalam mempersiapkan pasukan bagi Israel untuk menghadapi tantangan yang ada di masa-masa mendatang. Dari kisah ini kita dapat melihat bahwa Tuhan terlibat dalam perencanaan dan pemilihan pasukan Israel, sementara manusia berpartisipasi aktif dalam rencana Tuhan tersebut.
Dalam hidup ini, sadarkah sahabat Alkitab bahwa Tuhan bersedia kita libatkan dalam setiap detail kehidupan kita? Perencanaan dibutuhkan dan perencanaan yang baik adalah yang melibatkan Tuhan di dalamnya. Kita memang diundang untuk berserah kepada-Nya, tetapi itu bukan berarti hidup kita jalani tanpa perencanaan dan strategi. Justru perencanaan kita akan semakin matang karena kita yakin ada Allah yang beserta kita dalam setiap perencanaan tersebut.