Di zaman yang sudah serba instan dan cepat ini kadangkala penghargaan kita akan proses sudah semakin memudar. Semua orang ingin segala sesuatu serba cepat mulai dari hal-hal yang sederhana hingga bayangan akan kesuksesan hidup. Padahal penghargaan akan proses membuat kita bertumbuh menjadi manusia yang lebih sabar dan juga matang dalam menjalani kehidupan.
Inilah yang juga Tuhan hendak ajarkan melalui penyembuhan seorang buta di Betsaida. Orang buta ini dibawa ke hadapan Yesus dan memohon kepada-Nya agar ia disembuhkan. Yesus-pun menyanggupi permohonan tersebut dan membawa orang tersebut keluar kampung. Pertama-tama Ia menyentuh mata orang buta itu dengan tangan-Nya yang telah diludahi sebelumnya. Pada mulanya penglihatan orang buta itu belum kembali seutuhnya. Kemudian Yesus meletakkan tangan-Nya sekali lagi ke mata orang buta itu sehingga ia sungguh-sungguh dapat melihat. Orang buta itu-pun dapat melihat kembali. Menarik untuk melihat bahwa Yesus melarangnya untuk memberitahukan kepada orang-orang Betsaida? Rupanya orang-orang Betsaida ini adalah orang yang terkesima melihat mukjizat Yesus tetapi tidak mau mempercayai-Nya. Mereka senang dengan sesuatu yang luar biasa dan terlihat menghasilkan perubahan dengan cepat, tetapi tidak mau menjalin relasi lebih dalam dengan Sang Sumber Kehidupan itu. Menjalin relasi dan mempercayai Sang Kristus penuh dinamika dan proses berbeda dengan hanya sekedar melihat mukjizat, itulah sebabnya banyak orang-orang Betsaida memilih untuk melihat mukjizat Sang Mesias saja.
Marilah lebih menghargai proses dari segala sesuatu. Bahkan iman kita-pun pada akhirnya adalah sebuah proses untuk membangun relasi dengan-Nya dan terkadang dalam relasi itu penuh dengan beragam dinamika. Mungkin terasa sulit dan tidak menyenangkan, tetapi percayalah bahwa segala sesuatu yang didapat dan dibangun dengan proses akan menghadirkan kepuasan tersendiri bagi jiwa kita. Berproses-lah terus bersama-Nya yang senantiasa memelihara kehidupan kita.