Seperti halnya garam, jika garam itu asin akan banyak gunanya tetapi jika telah menjadi tawar maka tidak berguna lagi sehingga lebih baik dibuang saja. (lih. Mat. 5:13)
Tuhan melihat keadaan Israel telah seperti periuk yang pecah (orang Israel menggunakan wadah periuk untuk banyak keperluan diantaranya menyimpan air. Periuk yang pecah walau hanya sedikit sudah tidak dapat lagi digunakan karena tidak dapat lagi berfungsi untuk menampung air). Keadaan Israel yang demikian tidak ada bedanya dengan bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah sebab mereka telah mencemarkan diri dalam penyembahan berhala. Mereka menyembah patung buatan tangan mereka sendiri. Tuhan menghukum mereka dengan gagal panen sehingga tidak ada persediaan makanan bagi mereka, juga mereka dibuang seperti layaknya barang yang tidak beguna
Sahabat Alkitab, degradasi iman Israel bersambut dengan degradasi moralnya sehingga di mata Tuhan mereka tidak lagi bernilai. Pernahkah kita merenungkan seberapa bernilainya kita? Bukan tentang seberapa banyak yang telah kita kerjakan juga bukan seberapa baiknya kita dihadapan manusia, tetapi tentang nilai diri kita dihadapan Allah? Adakah di hadapan-Nya kita temasuk orang-orang yang bernilai atau dianggap tidak berguna seperti orang Israel pada zaman Hosea? Iman kita kepada Allah membuat kita bernilai di hadapan-Nya sekaligus yang menjadi pembeda antara kita dengan orang-orang yang tidak percaya, dan iman kita itulah yang kemudian menggerakkan kita untuk hidup dalam kebenaran dan mengerjakan hal-hal baik sebagaimana layaknya seorang yang bernilai. Nilai diri kita tidak diberikan oleh manusia namun mereka akan merasakannya. Jika nilai diri kita buruk maka jangankan Allah, manusiapun akan menolak keberadaan diri kita.
Allah telah memilih kita dan mengangkat kita menjadi pribadi yang berharga di hadapan-Nya, jadi hiduplah seperti demikian.
Salam Alkitab Untuk Semua