Sumpah Pemuda, yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928, bukanlah sekadar teks sejarah yang mudah dilupakan begitu saja. Sumpah pemuda merupkan tonggak penting pendirian republik ini. Dalam keterpisahan yang diciptakan pemerintah kolonial, ia mewujud sebagai seruan persatuan yang memayungi perbedaan. Di saat itu para pemuda secara sadar melakukan upaya intelektual untuk merumuskan identitas nasional yang berfungsi bagaikan makanan bergizi bagi republik yang masih berupa embrio. Para pemuda tersebut adalah representasi dari rakyat yang memutuskan untuk mengikatkan diri dalam satu identitas kebangsaan yang berlandasakan atas pengakuan bangsa, tanah air, dan bahasa yang sama.
Sebagai pemuda kristen marilah kita senantiasa menghidupi semangat sumpah pemuda, tumbuh menjadi 100% Kristen, 100% Indonesia. Bangga terhadap tanah air, bangga menjadi bagian dalam keragaman suku dan budaya, serta bangga berbahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Kiranya hari ini kita diingatkan pada komitmen untuk saling menghargai dan bekerja sama demi kebaikan bersama. Sebagai pemuda Kristen yang mencintai bangsa, kita dituntut untuk mengintegrasikan nilai-nilai iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Rasa cinta tanah air tidak hanya diungkapkan dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata yang mencerminkan kasih dan keadilan. Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kasih, kita dapat menciptakan ruang dialog yang inklusif, di mana setiap suara, terutama dari kelompok-kelompok yang terpinggirkan, didengar dan dihargai.
Lebih jauh lagi, pemuda Kristen yang peka dan peduli terhadap pergumulan bangsa menjadi kunci dalam menghadapi tantangan yang ada. Kesadaran ini mendorong kita untuk terlibat dalam isu-isu sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi masyarakat. Kita harus menjadi agen perubahan yang tidak hanya menyuarakan keadilan, tetapi juga memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi bangsa. Dengan demikian, kita turut berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang belum sepenuhnya tercapai.
Memiliki rasa saling memiliki sebagai bentuk rasa bangga dan syukur atas negara kita adalah hal yang krusial. Kesadaran ini tidak hanya menumbuhkan rasa cinta terhadap bangsa, tetapi juga memperkuat komitmen kita untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Rasa bangga atas warisan budaya, kemajemukan, dan keindahan alam yang dimiliki Indonesia seharusnya menjadi motivasi bagi kita untuk berkontribusi dalam setiap aspek kehidupan berbangsa.
Namun, dalam semangat mencintai dan bersyukur, kita juga harus tetap kritis. Kritik yang konstruktif sangat diperlukan untuk membangun bangsa yang lebih baik. Sebagai generasi penerus, kita tidak boleh puas dengan keadaan yang ada. Kita harus berani menantang status quo dan memperjuangkan perubahan yang positif. Dengan cara ini, kita tidak hanya menjaga nilai-nilai Sumpah Pemuda, tetapi juga mewujudkan harapan untuk Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan berdaya saing.