Mengenal Gereja-Gereja Pentakosta

Berita | 26 Jun 2025

Mengenal Gereja-Gereja Pentakosta


Gerakan Pentakosta dewasa ini telah menjelma menjadi salah satu kekuatan religius terbesar dalam kekristenan global, dengan lebih dari 600 juta penganut di seluruh dunia. Pertumbuhan yang masif ini tidak hanya mencerminkan ekspansi institusional, tetapi juga mencerminkan dinamika spiritual yang kuat. Di Indonesia sendiri, kehadiran gereja-gereja Pentakosta menandai babak penting dalam perkembangan Kekristenan modern.

 

Akar Historis dan Teologis Gerakan Pentakosta

Pentakostalisme tidak muncul dalam ruang hampa sejarah, melainkan berakar pada dinamika pembaruan rohani dan pergulatan teologis yang panjang. Bill Menzies mengemukakan empat model hubungan gereja masa kini dengan gereja apostolik: (1) Katolik Roma sebagai model kontinuitas langsung, (2) Reformed sebagai warisan yang direformasi, (3) Restorationist sebagai upaya pemulihan menyeluruh, dan (4) Pentakosta sebagai pemulihan progresif melalui kebangunan rohani.

Kelompok terakhir ini menekankan pemulihan pengalaman gereja mula-mula, terutama berkaitan dengan pencurahan Roh Kudus dan manifestasi karunia-karunia spiritual, sebagaimana terekam dalam Kisah Para Rasul.

 

Empat Gelombang Gerakan Pentakosta Global

Gerakan Pentakosta global dapat diklasifikasikan ke dalam empat gelombang besar:

  1. Pentakosta Klasik (Awal 1900-an)
    Dimulai melalui kebangunan rohani di Azusa Street, Los Angeles (1906), yang dipimpin William J. Seymour. Gerakan ini menekankan baptisan Roh Kudus sebagai pengalaman kedua setelah pertobatan, dengan bukti awal berupa bahasa lidah (glossolalia). Subdivisinya mencakup:

  • Trinitarian klasik (misalnya Assemblies of God),

  • Non-Trinitarian atau "Jesus Only" (misalnya United Pentecostal Church),

  • Holiness Pentecostals yang menggarisbawahi penyucian hidup.

  1. Gerakan Karismatik (1960-an)
    Muncul dari dalam gereja-gereja arus utama seperti Katolik, Anglikan, dan Lutheran. Gerakan ini menekankan pembaruan spiritual melalui karunia Roh Kudus namun tidak selalu menjadikan bahasa lidah sebagai syarat bukti baptisan Roh Kudus. Pendekatannya lebih liturgis dan terbuka terhadap struktur gereja tradisional.

  2. Gelombang Ketiga (1980-an)
    Dipimpin oleh tokoh seperti John Wimber dan C. Peter Wagner. Fokusnya pada pelayanan kuasa (power ministry), spiritual warfare, serta otoritas apostolik, namun tidak menuntut pengalaman baptisan Roh Kudus sebagai momen terpisah dari keselamatan.

  3. Neo-Karismatik (1990-an dan sesudahnya)
    Berupa gereja-gereja independen dan post-denominasi dengan nama-nama kontemporer, seperti Hillsong atau Bethel Church. Ciri khasnya adalah gaya ibadah kreatif, visualisasi iman, dan penekanan pada teologi kemakmuran.

 

Konteks Historis di Indonesia

Gerakan Pentakosta diperkenalkan ke Indonesia oleh dua keluarga misionaris eks-Bala Keselamatan: Cornelis–Marie Groesbeek dan Dirkrichard–Stien van Klaveren, yang tiba di Jakarta pada 1921. Meski menghadapi hambatan dari pemerintah kolonial Belanda, khususnya di Bali, mereka akhirnya memusatkan pelayanan di Jawa Timur.

 

Pada 1924, gerakan ini secara resmi didaftarkan sebagai De Pinkster Gemeente in Nederlandsch-Indie. Tahun 1942, nama Indonesia-nya diadopsi menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI). Ketegangan internal mulai muncul sejak 1925, termasuk kontroversi tentang peran perempuan dalam pelayanan dan isu teologi Tritunggal. Nona Alt, salah satu pemimpin perempuan awal, mendirikan organisasi baru bernama De Pinkster Zending pada 1931.

 

Setelahnya, fragmentasi terjadi. Pada 1932, Pdt. Thiesen mendirikan Gerakan Pentakosta; dan pada 1941, Pdt. D. Sinaga mendirikan Gereja Pentakosta Sumatera Utara. Tahun 1946 ke depan menyaksikan munculnya denominasi-denominasi baru seperti Gereja Isa Almasih (GIA) dan GBIS. Saat ini, lebih dari 40 denominasi Pentakostal berdiri di Indonesia.

 

Tidak hanya berkembang dalam ruang gereja eksklusif, sejak 1990-an gerakan karismatik turut meresap ke dalam gereja-gereja arus utama seperti HKBP, GPIB, bahkan Gereja Katolik, menandai fase integrasi dan adaptasi spiritualitas Pentakostal di berbagai spektrum gereja.

 

Teologi Injil Sepenuh

Doktrin khas gereja-gereja Pentakosta dikenal sebagai Injil Sepenuh (Full Gospel), yang mencakup:

  1. Yesus sebagai Juruselamat – menekankan transformasi hidup secara personal.

  2. Yesus sebagai Pembaptis – khususnya dalam baptisan Roh Kudus.

  3. Yesus sebagai Penyuci – fokus pada kehidupan kudus meskipun kadang lebih bersifat individual ketimbang sosial.

  4. Yesus sebagai Penyembuh – doktrin kesembuhan ilahi menjadi kunci pertumbuhan gereja.

  5. Yesus sebagai Raja yang akan datang – eskatologi aktif menantikan kedatangan Kristus.

 

Kelima aspek ini membentuk identitas teologis unik yang membedakan Pentakostalisme dari denominasi Kristen lainnya.

 

Doktrin baptisan Roh Kudus

Dalam tradisi Pentakostal, terdapat tiga pandangan umum mengenai baptisan Roh Kudus:

  1. Sebagai pengalaman kedua (the second work of grace), terpisah dari pertobatan awal.

  2. Sebagai bagian dari proses berkelanjutan tanpa bukti bahasa lidah.

  3. Sebagai pengalaman yang ditandai secara eksplisit melalui bahasa lidah sebagai bukti awal.

 

Rujukan utama dari pandangan ini terdapat dalam lima kisah pencurahan Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul, diantaranya:

  1. Kisah Para Rasul 2 – Hari Pentakosta

  2. Kisah Para Rasul 8 – Kebangunan Rohani Samaria

  3. Kisah Para Rasul 9 – Baptisan Paulus

  4. Kisah Para Rasul 10 – Rumah Tangga Kornelius

  5. Kisah Para Rasul 19 – Para Tua-tua di Efesus

Narasi kisah ini memperlihatkan bahwa pengalaman Roh Kudus bukan hanya menyangkut keselamatan, tetapi juga pemberdayaan bagi pelayanan.

 

16 Pokok Iman Gereja Pentakosta

Gereja-gereja Pentakosta umumnya merumuskan doktrin mereka dalam 16 pokok iman berikut:

  1. Alkitab dilhamkan

  2. Allah Yang Benar Satu-satunya

  3. Ketuhanan Yesus Kristus

  4. Kejatuhan Manusia dalam Dosa

  5. Keselamatan Manusia

  6. Sakramen-sakramen Gereja

  7. Baptisan Roh Kudus

  8. Tanda awal fisik dari Baptisan Roh Kudus: Berbicara bahasa lidah

  9. Kesucian

  10. Gereja dan Misinya

  11. Pelayanan

  12. Kesembuhan Ilahi

  13. Pengharapan diberkati

  14. Pemerintahan Kerajaan Allah Seribu Tahun Kristus

  15. Penghakiman Kekal

  16. Langit Baru dan Bumi Baru.

Pokok-pokok ini menjadi fondasi teologis yang membedakan identitas Pentakosta.

 

Spiritualitas Bahasa Lidah

Ciri khas utama dalam ekspresi spiritual Pentakosta adalah penggunaan bahasa lidah, yang dianggap:

  1. Sebagai tanda iman

  2. Bukti pencurahan Roh Kudus

  3. Alat komunikasi spiritual dengan Allah

  4. Sarana membangun diri sendiri secara rohani

  5. Tanda yang berbicara kepada orang tidak percaya

  6. Media doa dan penyembahan

  7. Membangun tubuh Kristus bila disertai penerjemahan

 

Dengan demikian, bahasa lidah bukan hanya ekspresi spiritual personal, tetapi juga fungsi profetik dan komunitarian.

 

Gerakan Pentakosta, dengan seluruh keberagaman ekspresinya, menunjukkan bahwa kehidupan spiritual Kristen selalu terbuka pada pembaruan. Di tengah tantangan modernitas dan globalisasi, gereja-gereja Pentakosta telah membuktikan kapasitasnya untuk menjembatani pengalaman spiritual yang otentik dengan relevansi kontekstual. Sejarah dan teologinya mengajak kita merenungkan kembali makna kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan bergereja dan keberimanan umat Kristen masa kini.


Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia