Pertanyaan dan permintaan yang diutarakan oleh istri dari Zebedeus acap kali dilakukan oleh beberapa orang Kristen dewasa ini. Tidak sedikit umat Allah berlomba “melayani” dan melakukan kebaikan demi untuk (masuk) Surga, bukan murni untuk Tuhan. Melayani untuk (masuk) Surga dan untuk Tuhan adalah dua hal yang sangat berbeda. Jika motivasi adalah untuk (masuk) Surga, maka pusat dari pelayanannya adalah diri sendiri. Namun bila motivasi pelayanannya adalah Tuhan, pribadi tersebut tidak memedulikan “upah” yang akan ia terima – ia sadar bahwa upah ialah hak utuh Tuhan
(lih. Mat. 7:21). Melalui bagian firman Tuhan ini, Allah ingin mendidik kita untuk mengikuti dan melayani Allah dengan hati yang tulus dan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalah/upah dalam bentuk apapun.
Menjadi pelayan Tuhan bahkan harus siap menderita (ay. 22). Allah tidak menjaminkan ketenangan dan kenyamanan kepada para pengikut-Nya. Hal ini bisa kita lihat dari kehidupan para rasul atau bapa-bapa gereja pada awal kekristenan atau bahkan orang-orang dewasa ini. Bukan siapa yang terhormat, melainkan siapa yang memiliki jiwa murni melayani yang berkenan di hadapan Allah.
Renungan ini menjadi pengingat bagi kita saat Allah memercayakan pelayanan kepada kita. Allah yang menjadi motivasi dan pusat hidup serta pelayanan kita. Sebaik apapun pelayanan yang dilakukan, namun bila itu tidak didasari oleh hati yang tulus dan ikhlas kepada Allah, maka pelayanan tersebut hanya satu kejahatan di hadapan Allah. Bukan manusia yang dipermuliakan dalam pelayanan ataupun kehidupan seorang Kristen, melainkan Allah! Salam Alkitab Untuk Semua.