Kondisi lalu lintas di jalan raya kini sudah semakin carut-marut, khususnya di kota-kota besar dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Sebagian dari anda mungkin juga memiliki pengalaman yang ingin dikeluhkan terkait keruwetan lalu lintas yang seringkali diakibatkan oleh ketidaktaatan para pengguna jalan itu sendiri. Setiap orang merasa memiliki kepentingan yang mendesak hingga menganggap wajar untuk melanggar berbagai peraturan lalu lintas yang ditujukan untuk menghasilkan kondisi jalan yang nyaman bagi setiap pengguna. Tidak sedikit pengguna jalan yang melanggar peraturan meski mengetahui dengan baik tentang peraturan tersebut. Alhasil, aturan hanyalah rangkaian informasi tanpa ada dampak yang berarti.
Kondisi serupa juga muncul dalam kehidupan beriman, entah sadar maupun tidak, umat TUHAN dapat memperlakukan segala nilai firman TUHAN sekadar rangakaian informasi tanpa dampak. Padahal, sejatinya setiap nilai yang umat dapatkan dari pembelajaran maupun pengajaran atas firman TUHAN selalu menghadirkan dampak yang mentransformasi hidupnya secara personal maupun lingkungan dimana ia hadir. Hal ini pun terjadi karena keengganan untuk membuka hati dan pikiran dalam menerima firman TUHAN itu sendiri.
Paulus, melalui tulisannya ini, kembali menekankan tentang nilai kuasa pelayanan Roh yang ia kerjakan kepada jemaat di Korintus. Pasalnya, sejumlah pihak yang ‘menyerang’ pengajarannya sedang berupaya untuk memaksakan tradisi ke-Yahudian kepada seluruh jemaat hingga menimbulkan kebingungan iman dalam tubuh jemaat di Korintus itu sendiri. Itulah mengapa, kita dapat melihat sejumlah bentuk pemahaman sekaligus interpretasi dari Paulus atas peristiwa yang dialami oleh Musa pada saat menerima perintah dari TUHAN. Pada satu sisi, tulisan Paulus pada ayat 12-14 terkesan merendahkan peranan Musa. Padahal, Paulus justru sedang menunjukkan kepada jemaat di Korintus, khususnya bagi para orang yang menolak pengajarannya, bahwa segala perintah maupun pedoman yang disampaikan oleh Musa justru menjadi tidak berarti karena kondisi pikiran dan hati orang-orang Israel yang masih tertutup oleh selubung. Alhasil, segala nilai yang terkandung di dalam firman TUHAN pun tidak menghasilkan dampak, bukan karena firman itu tidak memiliki kuasa melainkan karena penolakan terhadap kuasa tersebut.
Sahabat Alkitab, renungan firman TUHAN pada hari ini telah mengajak kita untuk mengevaluasi dan merefleksikan kondisi pikiran serta hati dalam merespons firman TUHAN. Apakah pikiran kita masih tertutup oleh banyaknya pergumulan maupun situasi hidup yang tidak sesuai dengan keinginan kita? Apakah hati kita masih terselubung oleh beragam amarah, kecewa, maupun kepahitan dalam menghadapi kenyataan yang ada? Kita perlu menyingkapkan berbagai bentuk selubung pikiran maupun hati agar perubahan dari kuasa firman TUHAN dapat terlaksana.