Menurut anda, ketika kita memutuskan untuk berpuasa, apakah yang dilihat Tuhan dari puasa kita? Apakah puasa kita dinilai dari sikap maupun ritual yang dilakukan ataukah dari kesungguhan hati kita ? Bacaan kita saat ini masih menceritakan tentang hal-hal yang diinginkan Allah untuk dilakukan umat Israel ketika berpuasa. Dalam ayat sebelumnya telah diterangkan tentang berpuasa yang tidak diindahkan Allah.
Puasa akan menjadi sia-sia jika tidak disertai dengan sikap hati yang benar. Percuma jika berpuasa namun di saat yang sama masih suka berkelahi, masih sombong, masih iri dan dengki, masih sulit mengampuni, masih tidak jujur, masih mau menang sendiri dan sebagainya. Puasa sejati berarti memperlakukan sesama dengan adil dan jujur dan secara terbuka mengakui dosa dan kesalahan di hadapan Allah. Dosa dan kesalahan ini harus diutarakan dihadapan Allah untuk kemudian diperbaharui melalui cara hidup “manusia yang baru”. Salah satu kesalahan yang sering kita lakukan jika kita sedang berpuasa yaitu berpuasa tanpa disertai pertobatan. Puasa yang demikian tidak lebih hanyalah sebuah rutinitas belaka yang menyiksa badan namun tidak akan membawa hasil.
Sahabat Alkitab, Tuhan menghendaki umat yang berpuasa untuk menegakkan kebenaran, berbelas kasih kepada sesama (ay. 6-7) , tidak melakukan yang memberatkan sesama, apalagi mencelakakan (ay. 9). Menahan diri tidak menikmati apa yang diinginkan diri sendiri, tetapi memberikannya untuk memenuhi kebutuhan orang yang tak berdaya (ay. 10). Tuhan berjanji kepada mereka yang berpuasa dengan kesungguhan hati bahwa Ia akan menuntun senantiasa, akan memperbaharui kekuatan, dan mereka akan menjadi seperti sumur yang selalu ada airnya. Belajar dari bangsa Israel, marilah sebagai umat Tuhan yang setia, kita memastikan bahwa janji-janji Tuhan ini akan kita terima ketika kita melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Semoga Demikian.
Salam Alkitab Untuk Semua