Yosua memasuki usia purna-tugas. Ini kotbah terakhirnya sebelum wafat. Apa isi kotbahnya? Ternyata bukan deretan prestasi pribadinya. Bukan juga sejarah kemenangannya. Ia sadar bahwa ia hanya hamba TUHAN. Ia hanya mengemban mandat Allah untuk menghantar Umat-Nya ke Tanah Perjanjian. Kini tahap perjalanan dan penaklukan itu telah lewat. Maka, tugas Yosua yang terakhir adalah mengajak umat Israel membarui janji mereka untuk taat dan beribadah kepada TUHAN saja. Tentu ini bukan ketaatan buta, melainkan ketaatan yang punya dasar.
Pertama, didasarkan pada kasih dan penyertaan TUHAN dalam sejarah. Kasih TUHAN mendahului ketaatan manusia. TUHAN yang menuntut ketaatan, adalah TUHAN yang sudah memperlihatkann kasih-Nya dalam sejarah umat-Nya. Yosua meringkas seluruh sejarah kasih Allah itu. Mulai dari Abraham, Ishak, Yakub, penindasan dan pembebasan di Mesir, perjalanan di gurun sampai penaklukan Tanah. Semuanya adalah karya TUHAN. TUHANlah yang memberikan negeri Kanaan dan kota-kotanya kepada mereka, lengkap dengan kebun anggur dan kebun zaitunnya. Mereka hanya menempati tanah itu dan menikmati hasilnya. Tanah itu adalah pemberian kasih TUHAN, bukan hasil “pedang dan panah” mereka.
Kedua, ketaatan itu pilihan, bukan paksaan. Meskipun tindakan TUHAN itu sudah terbukti dan dialami sejak Abraham, namun umat Israel tidak dipaksa untuk taat kepada TUHAN. Relasi dengan TUHAN itu sebuah pilihan. Kasih TUHAN selalu berupa tawaran. Manusia tetap bebas untuk menerima dan menolak-Nya. Yosua menegaskan: “pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah”. Israel tetap bebas untuk memilih: menyembah TUHAN atau ilah-ilah Kanaan, Mesir ataupun Kanaan. Itulah misteri kasih TUHAN: kasih yang tetap memberi manusia pilihan dan kebebasan. TUHAN menghargai pilihan kita. Ia ingin manusia beragama dengan sadar dan bernalar. Ia ingin kita beriman dengan bertanggungjawab, bukan sekedar rombongan apalagi gerombolan.
Salam Alkitab Untuk Semua