Sejak Allah merespons Ayub untuk membuat Ayub mau menyadari posisi dan merendahkan hati kepada-Nya, Allah pun melanjutkan proses dialog iman bagi Ayub. Allah memberikan respons yang membuat semua pernyataan atau dalil ‘kebenaran’ Ayub di hadapan Allah semakin tidak dapat dipertahankan. Seluruh pernyataan Allah yang muncul dalam Ay. 40:1-41:25 telah menunjukkan bahwa Allah bekerja dalam cara yang melampaui segala pengertian dan kemampuan pertimbangan moralitas manusia.
Kesadaran terhadap hal ini amatlah penting dalam proses iman manusia, terlebih di tengah pergumulan. Seringkali kegagalan manusia dalam menjalani gumul dan menghadapi masalah adalah sikap merasa paling tahu tentang apa yang terbaik dan benar untuk diri sendiri. Sikap seperti ini tentu menjadi penghalang untuk mampu menghadapi masalah, mengalami pertumbuhan dan bergumul bersama Allah. Mengapa? Pada saat manusia merasa paling tahu tentang apa yang terbaik bagi dirinya, merasa paling benar, merasa tidak semestinya pergumulan itu hadir dalam dirinya, maka kecenderungan yang muncul adalah sikap penolakan, entah terhadap pergumulan itu sendiri maupun terhadap karya Allah yang sedang dijalankan dalam hidupnya saat itu.
Pada perikop sebelumnya kita sudah melihat pentingnya sikap rendah hati di tengah pergumulan yang memampukan kita untuk menyadari karya Ilahi di tengah pergumulan sekalipun. Firman Allah kepada Ayub dalam perikop ini pun mengajak kita untuk mengevaluasi sikap diri di hadapan-Nya. Kita tidak diajar untuk bersikap pesimis atau pun pasif. Justru, melalui iman yang mengakui kedaulatan Allah dalam kehidupan, kita meyakini bahwa di tengah segala kepahitan hidup sekali pun Allah tetap berkarya dan tidak pernah meninggalkan setiap manusia yang mempersilahkan Ia untuk hadir di dalam hidupnya. Jadi, setiap kali kita mengalami gumul, pahit, masalah dalam kehidupan, hendaknya kita ingat untuk tidak berlaku paling benar dan meninggikan diri di hadapan Allah. Karena, buat apa meninggikan diri di hadapan yang Maha Tinggi?
Salam Alkitab Untuk Semua