Para Farisi dan ahli Taurat namapknya tak kurang akal dan cara untuk berdebat dengan Yesus. Di dalam injil kita dapat dengan mudah menemukan perdebatan, tak jarang menjadi sengit, antara para pemuka agama Yahudi dengan Yesus. Salah satu yang cukup sering terjadi adalah terkait adat-istiadat atau kebiasaan ritus beragama yang mereka lakukan. Misalnya saja, dalam Mrk. 7:1-23 ini terjadi perdebatan perihal kebiasaan mencuci tangan. Mereka, para Farisi dan ahli Taurat, mengkritisi tindakan para murid-Nya yang makan dengan tangan yang belum dibasuh atau dicuci. Di dalam pandangan Yudaisme hal seperti demikian memang dianggap sebagai sesuatu yang najis. Namun, ternyata motif mereka bukanlah murni pada persoalan pandangan teologis tersebut, melainkan lebih kepada cara untuk menyudutkan citra Yesus dan murid-murid-Nya di hadapan orang banyak saat itu. Kritikan mereka tidak bertujuan untuk membangun, tetapi untuk menjatuhkan Yesus dan para murid.
Hal yang menarik adalah Yesus merespons para Farisi dan ahli Taurat dengan metode serta jawaban yang elegan sekaligus mengedukasi. Pernyataan Yesus bukan hanya menjadi jawaban yang bersifat responsif terhadap kritikan tersebut, melainkan menjadi cara untuk mengubah paradigma beriman orang-orang Yahudi lainnya. Itulah sebabnya, jika kita perhatikan sejak ayat 6 hingga ayat 13 Yesus mengutip beberapa bagian surat Yeremia dan perintah Allah yang sudah mentradisi dalam kehidupan orang Yahudi. Yesus tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang tidak penting, justru ia mengkritik balik perilaku orang-orang beragama ketika menjalankannya tanpa hati yang tulus dan terarah kepada Allah itu sendiri. Bagi-Nya, inilah contoh kemunafikan dalam beragama, yaitu ketika tindakan beragama tidak sejalan dengan hati.
Sahabat Alkitab, Yesus sudah dengan tegas berkata, “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang…” timbul segala macam kejatahan. Beragama itu penting, menjalankan setiap tradisi atau kebiasaan beragama tentu menjadi baik, jika dilakukan dengan hati yang tulus dan terarah kepada Allah bukan untuk menghakimi atau membandingkan diri menjadi lebih baik dibanding orang yang tidak melakukannya.
Salam Alkitab Untuk Semua