Sikap raja Darius terhadap Daniel dengan segala penghukuman yang dihadapi menjadi sesuatu yang unik dengan alasan yang juga sangat kuat. Terdapat beberapa hal yang dapat kita pertimbangkan sebagai alasan dan tujuan dibalik sikap Darius yang begitu mengasihi Daniel. Pertama, Darius mengakui ketaatan Daniel kepada Allah dan sikap taat ini juga menunjukkan bahwa Daniel merupakan seseorang dengan integritas, komitmen serta ketekunan yang sangat baik. Ketaatan Daniel tidak hanya terhadap Allah melainkan juga sangat berguna bagi Darius dalam menjalankan pemerintahannya. Sebagai seorang raja, Darius tentu sangat membutuhkan kehadiran orang-orang seperti Daniel yang dapat mengelola pemerintahan dan menjadi ‘tangan kanan’ untuk menjalankan kekuasaan. Itu sebabnya, tidak mengherankan jika Darius memberikan kuasa sebagai orang nomor dua dalam kerajaan Babel kepada Daniel (bdk. Ayat 3).
Kedua, sepertinya Darius sudah menyadari bahwa dari antara 120 orang yang ia angkat sebagai wakil-wakil raja (bdk. Ayat 2) terdapat beberapa (atau mungkin banyak?) orang yang tidak dapat dipercaya dan cenderung memilki agenda demi kekuasaannya masing-masing. Besar kemungkinan Darius menyadari hal tersebut pasca para pejabat tinggi memengaruhi dirinya untuk membuat sebuah kebijakan yang ternyata ditujukan sebagai alat politik untuk menghancurkan Daniel. Itu sebabnya, pada ayat 25 kita menemukan perintah raja untuk menghukum balik para pejabat yang telah membuat Daniel jatuh dalam penghukuman di gua singa. Bahkan, sekilas penghukuman yang Darius berikan kepada mereka terkesan kejam karena melibatkan seluruh keluarga, yakni anak-istri dari para pejabat yang melawan Daniel. Terkait hal tersebut kita perlu mengetahui bahwa model hukuman semacam itu merupakan konsep umum yang berlaku dalam konteks dunia kuno. Tujuannnya adalah menghindari adanya tindakan balas dendam yang justru dapat berpengaruh terhadap stabilitas politik di masa menadatang.
Sahabat Alkitab, ketaatan Daniel pada satu sisi menjadi celah yang digunakan para lawan politiknya untuk menjatuhkan dia ke dalam gua singa tetapi pada sisi lain ketaatan itu juga yang mendatangkan pengakuan dan pembelaan dari raja Darius. Daniel memilih untuk tetap taat apa pun dampak yang ia dapatkan, entah menyenangkan maupun menyulitkan hidupnya. Sikap Daniel pun perlu menjadi ‘cermin’ bagi masing-masing kita untuk melihat diri sendiri, apakah kita sudah cukup setia dan taat kepada Allah? Apakah ketaatan yang kita bentuk semata-mata hanya untuk Allah atau ada agenda pribadi untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan? Ada kalanya ketaatan kita kepada Allah mendatangkan hal yang menyenangkan, namun tidak tertutup kemungkinan munculnya kesulitan. Namun, apa pun itu bukanlah tujuan untuk menjadi taat kepada-Nya.
Salam Alkitab Untuk Semua