Salah satu kebiasaan yang marak dilakukan oleh orang beragama adalah menjadi lebih taat ketika menghadapi sebuah masalah. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk perilaku beragama yang memang wajar dan menjadi bagian mekanisme pertahanan mental seorang manusia. Namun, bukan artinya kita hanya perlu menjadi taat pada saat menghadapi masalah. Ketaatan yang sesungguhnya merupakan bentuk komitmen, kedisiplinan, dan kerelaan untuk melakukannya di tengah kondisi apa pun. Paling tidak, inilah yang muncul di dalam diri seorang Daniel. Ia tidak taat beribadah kepada Allah hanya pada saat hidupnya mengalami keterencaman, melainkan jauh sebelum permasalahan itu menghampirinya.
Jebakan yang diciptakan oleh para pejabat Darius sudah mulai dilancarkan. Nampaknya mereka sudah mengamati kebiasaan Daniel yang selalu berdoa dan memuji Allah di rumahnya. Penyergapan dilakukan ketika Daniel melakukan disiplin doanya yang biasa dilakukannya sebanyak 3 kali setiap harinya. Kita perlu memperhatikan bahwa kebiasaan ini tidak Daniel lakukan pasca mendengar kebijakan raja yang melarang penyembahan kepada dewa selain kepada raja Dairus itu sendiri. Itulah sebabnya, pada ayat 11 dikatakan, “tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.”
Ketaatan Daniel bukan muncul hanya pada saat ia menghadapi permasalahan dan Daniel tidak menjadi taat hanya pada situasi-situasi tertentu. Bagi Daniel, ketaatan perlu dibangun dan dimiliki entah baik atau tidak baiknya situasi kehidupan. Masalah bukan motivator pembentukan ketaatan kepada Allah, justru ketaatan yang memampukan kita menghadapi masalah bersama Allah.
Salam Alkitab Untuk Semua