Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk TUHAN?” kalimat ini menjadi sebuah pertanyaan yang sangat berkuasa dan baik untuk menjadi indikator tentang keimanan seseorang. Namun, semuanya tergantung pada situasi dan kondisi yang memengaruhi hidupnya. Misalnya, ketika kalimat ini diucapkan oleh seorang manusia yang optimis dalam menjalani kehidupan dan siap menghadapi pergumulan, maka pertanyaan ini akan bersifat retoris. Baginya, TUHAN sanggup melakukan apa pun untuk mengubahkan kehidupannya. Namun, ketika kalimat ini dicupakan oleh seorang manusia yang hampir pasrah dan cenderung tidak sanggup lagi menghadapi pergumulan, maka pertanyaan ini pun menjadi tanda akan kegentingan kondisi imannya.
Di dalam ayat 14, kalimat itu pun muncul sebagai bentuk penegasan akan kuasa TUHAN yang melampaui segala akal dan kemampuan manusia dalam memproses peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Lebih tepatnya, kalimat itu diungkapkan oleh salah satu tokoh yang hadir di kemah Abraham dan Sara, serta diperkenalkan sebagai sosok TUHAN yang berbicara kepada mereka. Hal itu diungkapkan untuk men-challenge iman Sara yang sedang menghampiri kepasrahan. Jika sebelumnya, firman mengenai berita akan mengandungnya Sara menjadi batu sandungan bagi Abraham, sekarang firman itu menjadi sesuatu yang tidak dapat diterima oleh kemampuan akal Sara. Itulah sebabnya, pertanyaan, “Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk TUHAN?” menjadi sebuah ajakan bagi Sara untuk mengevaluasi dan meningkatkan keimananya kepada TUHAN.
Sahabat Alkitab, bersikap sangsi atau pun mengalami keraguan pada beberapa situasi-kondisi hidup bukanlah sesuatu yang janggal, bahkan cenderung sangat manusiawi. Ada kalanya sebagai seorang beriman pun, kita tetap dapat mengalami fase ini bersama TUHAN. Namun, berdasarkan bacaan Alkitab hari ini, bahkan ketika Sara menyangsikan berita kehamilannya pun, ternyata TUHAN tetap bertindak sesuai kuasa-Nya. TUHAN tidak membatalkan firman itu atau pun mengubah rancangan berkat-Nya bagi Abraham dan Sara. TUHAN justru mengajak Sara untuk meningkatkan keimanan kepada-Nya sembari menyongsong kenyataan penyertaan TUHAN bagi mereka. Hal ini pun berlaku bagi kita, anda dan saya, secara khusus ketika menghadapi situasi yang cukup menggoyahkan iman. Biarlah kalimat, “Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk TUHAN?” menjadi sebuah bentuk kesaksian iman akan kuasa TUHAN maupun cara untuk melatih dan meningkatkan kualitas iman kepada-Nya. Pertanyaan itu, jika dengan sungguh-sungguh dan yakin digumli, akan menghantarkan kita dalam iman yang semakin teguh kepada TUHAN.
Salam Alkitab Untuk Semua