Bukanlah sesuatu yang aneh jika manusia ingin hidup berkelimpahan materi. Namun, hal yang tidak dapat dibiarkan adalah ketika seseorang menjadi begitu berorientasi pada uang atau harta materi hingga melupakan banyak aspek esensial dalam kehidupannya sebagai seorang manusia, entah itu aspek spritiual, mental dan relasional. Itulah mengapa, ada orang-orang yang bersedia mengkhianati keimanannya sendiri demi mendapatkan keuntungan materiel yang besar dari posisi atau kekuasaan yang ditawarkan kepadanya. Ada juga orang yang tega untuk menghancurkan relasi dengan sahabat atau keluarganya sendiri hanya demi mendapatkan kelimpahan materiel. Alhasil, kelimpahan materi tidak lagi menjadi alat pendukung kehidupannya melainkan sebagai batu sandungan bagi dirinya sendiri.
Situasi antara para pekerja Abram dengan para pekerja Lot menjadi contoh dari kelimpahan materi sebagai batu sandungan. Ternyata, kekayaan yang mereka miliki sebagai pengembara tidak serta-merta menjadi jaminan akan kenyamanan hidup mereka. Biasanya, seorang pengembara sangat rentan untuk mengalami kelaparan atau kemiskinan karena statusnya yang tidak cukup jelas di setiap wilayah asing yang ia datangi. Namun, nampaknya hal ini tidak terjadi pada Abram dan Lot. Mereka adalah orang-orang berkelimpahan meski hidup dalam sebuah pengembaraan. Meski demikian, mereka pun bukanlah tanpa masalah. Gangguan besar yang mereka dapatkan bukanlah dari luar, melainkan dari dalam kelompok mereka sendiri. Secara khusus, mereka saling memperebutkan wilayah untuk segala kelimpahan harta yang mereka dapatkan. Inilah tantangan bagi relasi antara Abram dan Lot, yakni ketika mereka dituntut untuk menyikapi konflik terkait harta secara bijaksana agar tidak membuahkan konfik yang jauh lebih rumit.
Sahabat Alkitab, tidak sedikit orang yang menyangka bahwa hidup berkelimpahan harta materi adalah jaminan mutlak untuk merasakan kenyamanan hidup dan lepas dari gangguan hidup. Namun, bacaan firman TUHAN pada hari ini semestinya sudah cukup untuk menyadarkan kita bahwa berbagai gangguan dan konflik dalam hidup selalu menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditampik, entah kita sedang berkelimpahan, bekecukupan maupun membutuhkan pemenuhna secara materiel. Itulah mengapa, setiap manusia perlu memiliki cara pandang dan sikap yang bertanggung jawab terhadap materiel agar tidak terjerumus ke dalam situasi hidup yang penuh batu sandungan.