Mulut Yehezkiel yang membisu menjadi simbol ketiadaan firman TUHAN dalam hati dan pikiran setiap orang Israel yang semakin kehilangan iman dan ketaatan kepada TUHAN. Meski demikian, kepongahan yang terlalu besar menguasai mereka tetap menjadi penghalang bagi terbentuknya kesadaran atas segala kesalahan dan dosa yang mereka perbuat. Seluruh kritik kenabian yang TUHAN sampaikan melalui Yehezkiel seolah tidak berarti apa pun, bahkan mereka masih merasa punya hak untuk memaksa TUHAN membela mereka di tengah segala kejahatan mereka di hadapan TUHAN. Mereka menyangka bahwa jumlah mereka yang lebih banyak adalah lebih berharga di hadapan TUHAN dibanding Abraham yang hanya seorang diri. Namun, TUHAN tidak membiarkan pemahaman tersebut berkembang menjadi kebenaran yang beredar luas pada orang Israel.
Di tengah keliaran hidup orang Israel, TUHAN pun kembali membuka mulut Yehezkiel untuk menyampaikan segala kebenaran dan firman untuk melawan segala kejahatan, kesesatan berpikir dan pola hidup yang semakin congkak di hadapan-Nya. Bahkan, firman yang baru disampaikan kembali oleh Yehezkiel menjadi sebuah berita teguran yang sangat keras sekaligus menjadi kabar kebinasaan yang jauh dari ekspektasi serta kesesatan berpikir orang Israel. Peristiwa ini pun menjadi bukti bahwa kebenaran selalu punya waktu dan cara untuk hadir.
Sahabat Alkitab, mungkin ada di antara kita yang mulai kehilangan semangat dan pengharapan menghadapi beragam tindakan jahat atau ketiadadilan yang semakin merajalela. Mungkin ada juga di antara kita, yang entah sadar maupun tidak, telah semakin congkak di hadapan TUHAN karena merasa berhak mengklaim berkat TUHAN di tengah cara hidup yang justru sedang menolak otoritas-Nya. Kiranya firman TUHAN pada hari ini cukup untuk membangkitkan kesadaran pada diri kita masing-masing bahwa TUHAN selalu punya cara dan waktu untuk menunjukkan kebenaran-Nya. Kita hanya perlu membuka hati untuk menerima dan meresapi segala kebenaran yang berlandaskan firman TUHAN ke dalam segala aktivitas harian kita. Kita juga perlu membangun cara berpikir dan perilaku yang mengusahakan kebenaran itu tetap menjadi kenyataan. Bukankah sebuah kesia-siaan, ketika TUHAN membuka mulut Yehezkiel, namun ia tidak bersedia menggunakan mulut tersebut untuk menyampaikan segala kebenaran firman Tuhan? Bukankah sebuah kesia-siaan, ketika kita mendengar dan mendapatkan kebenaran firman TUHAN, namun melupakan dan membangun budaya hidup yang menolak firman tersebut? Jadi, apakah anda mau menjadi mulut bergaung bagi firman-Nya?