Membangun kehidupan yang menjunjung tinggi nilai kebenaran tentu bukanlah perkara mudah. Terkhusus pada saat itu semua diupayakan di tengah budaya hidup modern yang semakin penuh dengan individualitas dan saling tidak peduli. Alhasil, tidak sedikit orang yang menganggap bahwa menjadi orang benar adalah tidak melakukan kesalahan. Padahal, menjadi diam di tengah kesalahan, meski kita bukanlah pelaku utama dari kesalahan tersebut, juga menjadi sumbangsih terhadap langgengnya kebersalahan memenuhi berbagai ruang hidup kebudayaan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, setiap orang masih memiliki kepekaan dan standar kebenaran yang jelas sangat perlu menyuarakan prinsipnya tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap kebersahalan.
Perkataan yang tertulis di dalam Imamat 5:1-6 ini pun diawali dengan seruan yang begitu tegas mengenai pentingnya prinsip kebenaran yang diperjuangkan di tengah bentuk hidup yang penuh kebersalahan. TUHAN berkata, “Apabila seseorang berbuat dosa, yakni jika ia mendengar seorang mengutiki, dan ia dapat naik saksi karena ia melihat atau mengetahuinya, tetapi ia tidak mau memberi keterangan, maka ia harus menanggung kesalahannya sendiri.” Firman ini bahkan tidak merujuk pada sebuah bentuk kebohongan atau saksi palsu yang diberikan oleh seorang saksi terhadap sebuah bentuk kebersalahan. Melalui firman ini TUHAN sedang menunjukkan bahwa sebuah sikap diam atas kebersalahan merupakan bentuk kesalahan yang menjadi dosa di hadapan-Nya. Oleh sebab itu, memiliki prinsip hidup yang berlandaskan nilai-nilai kebenaran tidaklah cukup tanpa disertai dengan adanya sikap hidup yang memperjuangkan dan mewujudkan prinsip tersebut.
Sahabat Alkitab, renungan firman TUHAN pada hari ini pun memberikan penegasan bahwa kita perlu menghidupi iman dalam sikap aktif untuk menyuarakan, memperjuangkan dan mewujudkan kebenaran melawan segala bentuk budaya kebersalahan. Oleh sebab itu, kita pun perlu memiliki kepekaan untuk menyadari segala bentuk kesalahan atau kejahatan yang terjadi di segala ruang kehidupan kita. Kita juga tidak boleh membiarkan diri terhanyut dalam budaya kebersalahan yang justru memberangus ketajaman iman dalam menghidupi kebenaran yang kita dapatkan dari firman TUHAN. Jadi, apakah anda siap untuk mengupayakannya?