Nilai iman dalam kehidupan umat Tuhan bukanlah sesuatu yang sifatnya tampilan, selingan maupun pernak-pernik semata. Bahkan, iman itu pun bukan sekadar hal yang penting bagi manusia itu sendiri melainkan juga sesuatu yang diperhitungkan di hadapan Tuhan. Contoh nyata perihal ini sudah muncul dalam sosok Abraham, seseorang yang berperan penting dalam tradisi iman Yahudi. Paulus pun dengan sengaja menggunakan sosok Abraham sebagai penegasan atas kritiknya terhadap kondisi iman jemaat di Galatia yang telah menggeser peran Kristus untuk kemudian menggantikannya dengan Hukum Taurat sebagai sumber keselamatan.
Paulus menekankan bahwa Abraham, sosok besar dalam Yudaisme, mendapatkan berkat yang berkelimpahan bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga bagi banyak bangsa, bukan karena kemampuannya memenuhi Hukum Taurat. Allah memberikan berkat itu karena memperhitungkan iman Abraham kepada Allah. Hal ini merupakan teguran yang sangat keras bagi jemaat di Galatia yang justru ingin memutarbalikkan konsep pemahaman iman tersebut. Paulus ingin mengembalikan pemahaman iman jemaat kepada konsep berpikir yang jelas, yakni dengan menyadari pentingnya iman kepada Kristus untuk mengalami keselamatan yang telah Kristus berikan, bukan justru menjadikan kemampuan memenuhi Hukum Taurat sebagai cara untuk mendapatkan keselamatan tersebut. Seperti pesan yang juga sudah muncul dalam bagian-bagian sebelumnya, Paulus menegaskan bahwa cara berpikir yang demikian adalah hal yang keliru!
Sahabat Alkitab, melalui pengajarannya Paulus telah menekankan bahwa iman yang tetap terarah kepada Kristus adalah aset kehidupan yang perlu dijaga oleh setiap umat Tuhan. Pesan ini pun tidak hanya tertuju kepada jemaat di Galatia, melainkan juga kepada setiap umat Tuhan di masa sekarang. Kita perlu menggumuli secara personal perihal kualitas iman yang kita miliki saat ini. Apakah kita masih menganggap iman kepada Kristus sebagai hal yang berharga untuk tetap dipertahankan dan ditumbuh-kembangkan? Apakah kita masih memperhatikan pertumbuhan iman kepada Kristus agar tetap terjadi di sepanjang kehidupan kita atau justru telah membiarkannya berlalu begitu saja?