Keterikatan terhadap sesuatu, khususnya yang mengikis daya serta kebebasan, tentu bukanlah hal yang menyenangkan dan melegakan. Misalnya, seseorang yang terikat dengan zat-zat adiktif atau yang sering disebut sebagai ketergantungan zat adiktif, sesungguhnya telah kehilangan kebebasan untuk mengendalikan dirinya secara optimal. Alih-alih menjadi manusia yang bebas untuk menjalani hidupnya, seseorang yang hidup dengan kondisi ketergantungan terhadap zat adiktif justru sedang menjalani hidup dengan dikendalikan oleh ketergantungannya tersebut. Ia tidak lagi bebas dalam menjalani hidupnya secara optimal. Keterikatan semacam itu tentulah sangat merugikan, termasuk mengenai keterikatan terhadap dosa.
Setiap manusia yang terikat dengan dosa sedang mengalami keterbatasan kendali atas diri dan masa depan hidupnya. Mungkin, hidup dalam dosa terasa nikmat. Namun, itu semua hanyalah semu dan bersifat sementara, serta akan membawa manusia menemui penyesalahan tiada tara. Oleh sebab itu, pembebasan yang Yesus Kristus berikan merupakan anugerah terindah yang tidak sepantasnya dibiarkan sia-sia. Pembebasan yang Dia berikan telah memberikan kita kebebasan dan kendali penuh untuk menjalani hidup secara optimal. Kebebasan itulah yang memampukan kita untuk mengalami hidup benar. Bahkan, tidak berhenti sampai pembebasan, Kristus bahkan memberikan kita Roh-Nya untuk memampukan kita terus berjuang menjalani hidup secara optimal sesuai dengan kebenaran-Nya. Artinya, kita tidak hanya bekerja sendirian, melainkan bersama dengan sekaligus dimampukan oleh Roh-Nya. Hal ini tergambar dalam tulisan Paulus bahwa, “Sebab, kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah...Roh itu sendiri bersaksi bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.”
Sahabat Alkitab, perjuangan melawan keinginan daging adalah pertarungan yang perlu terus diupayakan oleh setiap umat bersama Roh Tuhan.