Sahabat Alkitab, pengalaman iman yang Paulus alami, pada saat ia bertemu dengan Yesus Kristus di tengah perjalanan menuju Damsyik, tidak hanya membawa perubahan bagi dirinya melainkan juga bagi orang lain. Perubahan hidup dan iman pada diri Paulus tidak sekadar mengubah prinsip serta pemahaman imannya, melainkan juga menghadirkan transformasi identitas, orientasi, sikap dan misi imannya dari seorang pengajar menjadi pengajar umat TUHAN. Bahkan, TUHAN pun memberikan misi pelayanan yang sangat spesifik kepada Paulus, yakni dia telah ditetapkan untuk menjadi pemberita injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Tentu saja, hal tersebut merupakan sebuah tindakan yang sangat radikal pada masa itu, secara khusus di tengah masyarakat Yahudi yang masih menganggap bahwa hak dan warisan janji keselamatan dari TUHAN hanya berlaku bagi keturunan Abraham. Alhasil, Paulus pun mendapatkan banyak penolakan yang multi faktor dari masyarakat Yahudi masa itu, tidak hanya karena ia memberitakan kebangkitan Yesus Kristus melainkan juga mengajarkan bahwa keselamatan juga berlaku bagi bangsa lain.
Meski demikian, Paulus tetap setia untuk melakukan misi yang TUHAN berikan. Di tengah beragam penolakan dan fitnah yang diarahkan kepada dirinya, Paulus masih terus berjuang untuk menyuarakan berita pembebasan dan penyelamatan yang berlaku bagi semua orang. Paulus menyadari bahwa ia telah mengalami pengampunan dosa dan mendapatkan penyelamatan dari Yesus Kristus, sehingga sudah selayaknyalah ia merespons anugerah itu dengan sebuah sikap iman yang kokoh dan konsisten.
Sahabat Alkitab, sikap Paulus ini telah menunjukkan bahwa perubahan hidup sebagai dampak perjumpaan iman dengan Yesus Kristus perlu ditindaklanjuti oleh komitmen yang mewujud dalam berbagai kesediaan diri menjadi saksi dan melakukan firman-Nya. Paulus tidak sekadar bersedia untuk mengalami perubahan dari seseorang yang membenci Kristus menjadi pengikut setia Kristus, melainkan ia menindaklanjuti itu semua dengan kesediaannya menjadi pengajar umat dan saksi Kristus di mana pun ia diutus oleh Kristus. Sekarang, pertanyaannya bagi kita adalah, “apakah kita sudah menghasilkan wujud perubahan di dalam Kristus?”