Mengalami disorientasi adalah hal yang sangat mungkin terjadi tanpa disadari oleh orang yang mengalaminya. Contoh umum yang marak muncul adalah orang yang tersesat di tengah hutan akibat kesalahan keputusan melihat jalan. Biasanya, ia baru menyadari bahwa ia sedang mengalami disorientasi setelah beberapa lama ia salah dalam mengambil keputusan. Hal ini pun dapat terjadi dalam perjalanan kehidupan, yakni ketika seorang manusia kehilangan arah kehidupan dan makna dari setiap proses kehidupan yang ia lakukan. Itulah mengapa, setiap orang perlu memiliki daya kritis atas kehidupannya, secara khusus dalam menjalani proses kehidupan beriman sebagai pengikut Kristus.
Tulisan Paulus ini pun sedang menunjukkan bahwa terdapat sekelompok orang yang berupaya untuk mempengaruhi jemaat di kota Kolose untuk beralih pada kegiatan dan tradisi Yudaisme yang justru dapat melencengkang iman jemaat dari Kristus itu sendiri. Sebagai seorang Yahudi yang sudah hidup sejak lahir, Paulus pun tidaklah menolak segala praktik dalam tradisi Yudaisme. Namun, sebagai orang yang sudah mengalami perjumpaan dan diubahkan oleh Kristus, Paulus memahami bahwa seluruh tradisi iman yang ia warisi dalam Yudaisme sudah tergenapi dalam Kristus. Artinya, segala hal semestinya bermuara pada Kristus itu sendiri. Itulah mengapa, Paulus sangat mengharapkan seluruh jemaat di kota Kolose agar tidak termanipulasi oleh gerakan-gerakan pengajaran yang kesannya baik, namun justru mengalihkan perhatian umat dan menjauhkan mereka dari Sang Kepala, Kristus.
Sahabat Alkitab, tulisan Paulus ini sangat perlu kita maknai secara personal. Pasalnya, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak hal yang muncul dalam kehidupan kita yang dapat mengalihkan perhatian utama kita dari Kristus. Di tengah perkembangan zaman yang sangat mudah mendapatkan informasi, kita perlu memiliki daya kritis untuk mencermati beragam pengajaran maupun ajakan yang terkesan baik, padahal dapat menjauhkan kita dari Kristus. Bahkan, hal yang sangat fundamental, namun mungkin saja masih minim dikritisi adalah mengenai orientasi diri kita sendiri dalam menjalani hidup beriman kepada Kristus. Kita perlu menilik ke dalam diri sendiri, apakah setiap laku kehidupan dan tindakan beriman yang kita lakukan masih berorientasi penuh kepada Kristus atau justru menempatkan kenyamanan diri kita sendiri sebagai yang paling utama?