Menjadikan Kristus sebagai orientasi hidup bukanlah perkara yang mudah, meski juga tidak berarti mustahil. Apalagi, dengan identitas yang kita miliki sebagai umat TUHAN mengorientasikan hidup pada Kristus merupakan pekerjaan yang dilakukan tidak dengan kekuatan sendiri melainkan daya Roh Kudus yang ada pada diri setiap umat TUHAN. Oleh sebab itu, nasihat dari Paulus merupakan hal yang wajar sekaligus sangat penting untuk disadari oleh seluruh umat TUHAN, yakni untuk mencari hal-hal yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Hal ini merupakan bentuk orientasi hidup yang mengutamakan dan memikirkan kerajaan sorga bukannya kerajaan duniawi. Lantas, bagaimana kita melakukannya dalam bentuk hidup yang nyata?
Kita dapat melatih bentuk hidup yang berorientasi kepada Kristus dengan mulai mencermati diri sendiri, misalnya: Apakah saya masih lebih mengutamakan kenyamanan diri sendiri hingga sampai hati melakukan tindakan yang menyakiti orang lain? Apakah setiap kebaikan yang saya lakukan merupakan bagian dari kesadaran iman atas identitas saya sebagai pengikut Kristus atau hanya sekadar aksi pamrih dalam relasi sosial? Apakah saya masih memandang penting kualitas iman sebagai saksi Kristus atau masih membiarkan diri tanpa keinginan kuat untuk menjadi saksi-Nya? Apakah saya masih menganggap iman kepada Kristus sebagai hal utama dalam hidup di tengah zaman ini atau hanya sebagai pelengkap seadanya?
Sahabat Alkitab, menjalani hidup dengan berorientasi kepada Kristus berarti kita siap untuk melatih kepekaan iman, kesadaran diri dan kecenderungan hati yang merefleksikan kualitas relasi dengan Kristus melalui setiap laku hidup keseharian. Berorientasi kepada Kristus tidak cukup dalam kata, apalagi menjalani rutinitas keagamaan yang justru berujung pada formalitas belaka, melainkan perlu benar-benar dijalankan dengan penuh rasa.