‘mulutmu, harimaumu’ merupakan sebuah pernyataan yang menekankan bahwa perkataan yang kita keluarkan justru dapat berubah menjadi senjata yang menyerang diri kita sendiri. Itulah mengapa, setiap orang perlu berhati-hati dalam mengolah kata dan mengeluarkan pernyataan agar tidak menjadi ancaman, entah untuk orang lain maupun terhadap diri sendiri. Namun, mengendalikan diri untuk berkata-kata yang baik juga bukanlah perkara yang ringan untuk dilakukan mengingat sangat mudahnya mulut dalam berucap. Tidak jarang seorang manusia mengeluarkan perkataan yang ia sendiri pun tidak memahami sepenuhnya alasan, tujuan dan dampak dari perkataan tersebut. Hal ini pula yang melatar belakangi begitu mudahnya seseorang justru berubah menjadi ancaman untuk dirinya sendiri hanya karena ketidakmampuannya dalam berkata-kata.
Herodes pun mengalami hal tersebut, yakni ketika ia secara sesumbar mengeluarkan janji karena kesenangan sesaat yang ia rasakan pasca menikmati tari-tarian dari anak perempuan Herodias yang adalah kemenakannya sendiri. Kita memang tidak dapat mengetahui secara naratif, apakah kesenangan hati pada diri Herodes hanya sebatas luapan puas secara kesenian atau ada hal lain yang melatar belakangi perasaan senang tersebut. Namun, sudah dapat dipastikan bahwa Herodes membiarkan dirinya terlena dalam kesenangan sesaat hingga secara asal mengeluarkan perkataan yang berubah menjadi penyesalan untuk dirinya sendiri.
Sahabat Alkitab, kiranya permenungan firman TUHAN pada hari ini cukup memberikan kita teguran sekaligus panduan untuk lebih cermat dalam mengolah perkataan. Jangan sampai kita bermuara pada penyesalan akibat ucapan yang keluar dari mulut secara sembarang. Kita perlu mengingat bahwa ‘lidah tidak bertulang’ yang membuat begitu mudahnya perkataan keluar dari mulut kita sendiri.