Dipercaya menjadi seorang pemimpin adalah sebuah berkat tersendiri. Namun disisi lain kita menyadari bahwa datang pula berbagai pencobaan. Salah satunya datang saat kita merasa insecure pencapaian-pencapaian pemimpin sebelumnya. Padahal tidak harus demikian. Kita punya pilihan untuk menjadi rendah hati mengakui apa yang baik dari kepemimpinan sebelumnya sambil tetap mempersembahkan yang terbaik melalui karya kepemimpinan kita.
Tuhan mengarahkan perjalanan kepemimpinan raja Salomo untuk membangun rumah TUHAN atau yang kemudian biasa disebut sebagai bait Suci, tepat 480 tahun setelah IA membawa umat Israel keluar dari tanah Mesir. Rencana dan rancang bangun bait Suci dibuat begitu terperinci dan detail, sampai pada ukuran dan jumlah ruang yang diperlukan. Bahkan waktu untuk memulai pembangunan dan masa berakhirnya pun sudah ditetapkan. Rancangan pembangunan rumah Tuhan ini sudah tersedia sejak masa hidup raja Daud, dan TUHAN sendirilah yang terlibat melalui petunjuk-petunjuk khusus yang disampaikan kepada Daud (1 Tawarikh 28: 11-19). Kini Salomo membangun rumah bagi TUHAN persis seperti yang menjadi ketetapan TUHAN yang disampaikan kepada Daud.
Sahabat Alkitab, saat kita dipercaya menjadi pemimpin itu artinya kita punya tanggung jawab yang besar terhadap orang yang kita pimpin. Selain itu secara spiritual pertanggungjawaban tersebut juga kita letakkan kepada Tuhan. Maka seorang pemimpin turut diundang untuk meneruskan apa yang baik dari proses kepemimpinan sebelumnya. Seperti Salomo yang meneruskan rancang bangun bait suci yang telah dilakukan oleh Daud. Terkadang karena ego yang kita miliki saat menjadi seorang pemimpin, seringkali kita menganggap bahwa pemimpin yang baik artinya meninggalkan pencapaian pemimpin yang lama dan melakukan sesuatu yang sama sekali baru. Padahal tidak harus demikian. Kita dapat rendah hati mengakui pencapaian-pencapaian orang lain dan meneruskan apa yang baik.