Cara Rehobeam merespons rakyat yang mengharapkan keringanan beban kerja dari kerjaaan ternyata dilakukan dalam nuansa yang tidak kondusif. Padahal Rehobeam telah melakukan satu langkah yang tepat untuk menyiasati kebingungannya memberikan respons kepada rakyat. Ia melibatkan para tetua yang sudah lama mengabdi kepada Salomo, ayahya. Artinya, orang-orang ini sudah memiliki cukup banyak pengalaman terkait diplomasi dan komunikasi politik. Selain itu, kenyataan bahwa para tetua ini tetap ada di dalam lingkungan kerajaan dan tidak meninggalkan keluarga raja dapat diindikasikan sebagai bentuk kesetiaan yang tidak perlu lagi dipertanyakan. Namun, rupanya Rehabeam memilih untuk mengikuti nasihat dari para orang muda yang seumuran dengannya.
Umur memang bukanlah tolok ukur mutlak mengenai kualitas dan kapabilitas seseorang dalam menilai serta merespons sebuah masalah. Namun, cukup disayangkan bahwa catatan yang ditampilkan dalam perikop ini justru menunjukkan bahwa para orang muda yang memberikan nasihat kepada Rehabeam justru telah menjerumuskannya ke dalam masalah yang jauh lebih serius. Rehobeam tidak mengindahkan nasihat dari para tetua yang menyarankannya memberikan respons secara kondusif dan merangkul rakyatnya sendiri yang sedang dipenuhi kegamangan dan kekhawatiran akan masa depan mereka. Ia justru memilih menuruti nasihat para orang muda untuk memberikan respons yang memperlakukan rakyatnya sendiri sebagai musuh.
Sahabat Alkitab, bacaan firman Tuhan pada hari ini tentu tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan kaum muda, seolah-olah orang muda tidak layak untuk didengarkan maupun harus selalu bersikap submisif pada generasi tua. Namun, catatan dalam perikop ini justru menampilkan kepada kita mengenai nilai dari pengalaman dan proses komunikasi yang juga penting untuk diperhatikan pada saat menyampaikan pendapat. Terkadang, kita menyampaikan sesuatu yang kita anggap benar dengan cara yang salah. Alih-alih menyelesaikan masalah, kita justru membuatnya menjadi semakin runyam seperti yang terjadi pada Rehabeam. Oleh sebab itu, setiap orang perlu membekali diri dengan pengalaman, entah yang dialaminya secara langsung maupun melalui kisah-kisah yang dibagikan kepadanya, untuk membentuk kedewasaan dalam menilai dan merespons berbagai situasi dalam hidupnya agar tidak bermuara pada sikap yang keliru.