Perasaan minder atau tidak percaya diri sangat mudah menjangkiti manusia. Kita merasa tidak cukup baik dan kurang dalam segala sesuatu. Sayangnya ‘keminderan’ tersebut juga merasuk kepada cara kita beragama. Kita merasa bahwa Tuhan tidak berkarya lagi atau meninggalkan kita hanya karena apa yang kita inginkan tidak diwujudkan-Nya. Padahal kasih dan penyertaan Tuhan jauh lebih kaya dan luas dari apa yang kita bayangkan.
Pada bacaan hari ini kita diperlihatkan upaya nabi Yesaya untuk membangunkan kembali rasa percaya diri yang mulai terkikis pada diri masing-masing umat. Upaya ini perlu kita lihat dalam bingkai situasi masa itu yang meyakini adanya peperangan para ilah. Pengakuan atas kekuatan para ilah ditandai melalui keberhasilan suatu bangsa menaklukkan bangsa lainnya. Ilah yang disembah oleh bangsa pemenang dianggap lebih kuat dibandingkan ilah dari bangsa yang kalah. Dengan demikian, ilah-ilah yang direpresentasikan melalui patung-patung pada kuil-kuil pemujaan yang terdapat pada wilayah kerajaan yang dikalahkan akan disingkirkan. Sebagai gantinya patung-patung atau tempat pemujaan akan dibangun bagi ilah dari bangsa yang menang, karena ilah tersebut merupakan penguasa baru di wilayah tersebut. Melalui pemahaman demikian, maka peperangan antar bangsa bukan lagi sekedar adu kekuatan militer, tetapi juga menjadi kontestasi peperangan para ilah. Hal inilah yang menjadi alasan kuat bagi nabi Yesaya untuk meluruskan pemahaman umat Israel, yang beranggapan bahwa kehancuran Bait Suci dan akhir dinasti Daud merupakan tanda kemenangan ilah Babel atas TUHAN. Yesaya menegaskan bahwa TUHAN tetap berdaulat dan tidak bisa dibandingkan dengan para ilah sembahan orang-orang Babel. Oleh karena itu bagi umat yang menyembah ilah lain harus segera bertobat dan kembali beribadah kepada TUHAN, Allah Israel.
Melalui bacaan hari ini kita diajak untuk melihat bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang Maha Kuasa. Satu kemalangan dan derita yang kita alami tidak dapat menjadi dasar bagi pembenaran atas pemahaman bahwa Tuhan tidak lagi berdaya atas kehidupan kita. Yehuda mungkin telah dikalahkan Babel, tetapi itu bukan berarti TUHAN Allah telah meninggalkan mereka. Justru kekalahan Yehuda terjadi dalam hikmat-Nya untuk mengajarkan kerendahan hati kepada Yehuda.
Sahabat Alkitab, marilah berjuang untuk mengimani Tuhan dengan sungguh dan terbuka pada keluasan karyaNya. Ia adalah satu-satunya yang berkarya dalam kehidupan kita. Melangkahlah dengan pasti dan teguh. Janganlah ragu apalagi merasa tidak percaya diri, karena kita merasa bahwa Tuhan tidak menyertai kita. Percayalah bahwa Allah selalu berkuasa dan menyertai kita.