Ingatan tentang sesuatu buruk yang menimpa kita memang sulit dilupakan. Apalagi bila hal tersebut adalah sebuah tragedi kehidupan yang menorehkan luka cukup dalam di hati kita. Dalamnya luka membuat kita selalu terpaku pada luka tersebut. Padahal apa yang menjadi penyebab luka itu telah lewat dan berlangsung di masa lampau. Tidak jarang seseorang harus mengalami trauma yang begitu mendalam serta mengganggu perjuangannya di masa kini dan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Lantas sebagai umat Tuhan, bagaimana cara kita untuk bergumul dan bangkit atas luka- luka yang terjadi di masa lampau ini?
Pada teks hari ini menarik untuk melihat bahwa Tuhan memulai pewartaan kabar baik-Nya dengan rujukan terhadap peristiwa-peristiwa yang dialami oleh umat di masa lampau. Peristiwa itu adalah dimensi luka kolektif yang dialami bangsa Israel. Mulai dari perpecahan kerajaan, raja-raja yang tidak taat kepada Tuhan, hingga kekalahan Yehuda yang menghasilkan pembuangan ke Babel. Luka itu merenggut kemampuan mereka untuk melihat kebaikan Tuhan yang masih dikerjakan-Nya dan akan terus disempurnakan-Nya di masa mendatang. Maka dari itu Tuhan hendak mengingatkan umat bahwa Ia tidak pernah tinggal diam dan akan menghadirkan penyelamatan-Nya.
Tindakan penyelamatan Allah digambarkan melalui cara yang spektakuler bahkan mengatasi hukum alam yang ada. Air yang tiba-tiba hadir mengairi gurun, sungai-sungai di padang belantara, jalan yang dibuat di tengah gurun, serta berbagai tindakan lainnya yang Allah kerjakan. Belantara dan gurun mewakili gambaran akan kesengsaraan dan penderitaan yang sepertinya tidak mungkin untuk dilampaui, tetapi dalam Tuhan semuanya diatasi-Nya. Kabar baik itu adalah benih yang ditanam di hati umat dan melahirkan pengharapan yang memampukan mereka membasuh luka masa lalu dan menatap hari depan sebagaimana cara Tuhan menyediakan masa depan.
Sahabat Alkitab, dari sini kita belajar bahwa apa yang sudah berlalu biarlah berlalu, waktu terus berjalan dalam kedaulatan-Nya dengan mengerjakan pemeliharaan serta penyelamatan terhadap umat-Nya. Luka masa lalu apalagi bila hal itu sampai menghadirkan trauma, memang sulit untuk dihadapi. Bahkan mengoreknya pun akan menghadirkan rasa sakit yang amat berat. Tetapi untuk menyembuhkan luka, kita memang harus mengalami rasa sakit yang konstruktif agar luka tersebut dapat dibasuh dan pulih. Maka seharusnya yang menjadi doa kita adalah bahwa Tuhan bersama kita dalam menghadapi luka tersebut dan Ia sendirilah yang menghadirkan kedamaian dan pengharapan dalam hati kita. Tetaplah berjuang dan ingatlah bahwa Tuhan mengasihi kita semua.