Praktik pengucapan berkat yang diucapkan oleh seorang umam merupakan hal yang cukup umum dalam kebudayaan Timur Dekat kuno. Bangsa Israel kuno pun sudah mengenal praktik pengucapan berkat oleh imam yang dibuktikan dengan kehadiran teks Bilangan 6:22-27. Secara lebih spesifik, pengucapan berkat oleh imam atau pemimpin umat, dalam hal ini Musa, merupakan sebuah praktik yang diperintahkan langsung oleh Tuhan agar menjadi kebudayaan dan bagian hidup bangsa Israel.
Formulasi ucapan berkat yang terdapat dalam Bilangan 6:22-27 ini pun terus bertahan dan masih disampaikan, tidak hanya di tengah kebudayaan Israel, melainkan juga di tengah beragam komunitas umat Tuhan di berbagai tempat hingga saat ini. Terdapat otoritas yang besar di dalam ucapan berkat tersebut yang sangat besar dan berpengaruh bagi setiap mereka yang menerimanya. Otoritas itu tidak berasal dari si pemimpin, melainkan dari nama Tuhan yang ada di dalamnya. Itulah mengapa pada ayat 7 dikatakan, “Demikianlah harus mereka letakkan nama-Ku atas orang Israel, dan Aku akan memberkati mereka.”
Sebagai umat Tuhan, kita tentu tidak akan menolak hidup penuh dengan berkat dari Tuhan. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang keliru. Namun, permasalahannya justru muncul ketika seorang umat Tuhan memperlakukan berkat Tuhan sebagai komoditas untuk dinikmati dengan penuh egosentrik. Padahal, jika kita perhatikan lebih lanjut formulasi ucapan berkat dalam teks ini, maka kita akan mendapati sebuah tanggung jawab yang secara otomatis melekat pada saat seseorang mendapatkan berkat tersebut. Berkat, perlindungan, pancaran sinar Tuhan yang tertuang pada kita, kasih yang memenuhi hidup, dan wajah Tuhan yang selalu menatap kita dengan penuh damai berarti juga akan membawa perubahan hidup pada saat kita mengalaminya.
Kita perlu menyadari bahwa berkat dari Tuhan adalah penyertaan dan otorisasi dari Sang Ilahi agar kita mampu menjalani hidup sebagai umat-Nya, bukan justru menjadikan kita haus akan kelimpahan untuk dinikmati secara egois tanpa ada dampak yang berarti. Jadi, apakah anda mau menerima berkat Tuhan? Bersediakah anda mengalami berkat-Nya secara utuh dengan segala dampak yang beserta di dalamnya? Apakah anda siap menerima berkat Tuhan?