Banyak orang kristen merasa bahwa berbicara kekudusan di zaman sekarang ini adalah hal yang ketinggalan zaman. Mereka menganggap bahwa kekudusan tidak dapat membuat mereka bertahan dalam arena pergaulan sehari-hari yang semakin duniawi dan materialistis. Alhasil banyak anak-anak Tuhan, terutama generasi muda yang mulai mengkompromikan nilai-nilai kekudusan dari Tuhan dan membenarkan tindak tanduk serta perilaku mereka padahal tidak sesuai dengan firman Tuhan.
Pada saat ini kita hendak diingatkan kembali melalui nubuatan nabi Yehezkiel bahwasanya sebagai umat Tuhan kita diundang untuk hidup kudus sebagaimana Allah yang kita sembah adalah kudus. Kekudusan inilah yang menjadi ciri khas pembeda bangsa Israel saat Allah memilih mereka dari antara bangsa-bangsa lain untuk menjadi umat-Nya. Dalam perjanjian yang diikat oleh bapa leluhur Israel tersebut Allah menegaskan bahwa Ia akan selamanya menjadi Allah atas Israel. Sementara Israel diundang untuk menjalani kehidupan mereka berpusat pada ketetapan dan kehendak Allah. Itulah konsep kekudusan yang harus diupayakan oleh umat. Sayangnya dalam ayat 22 kita melihat perilaku Israel yang semakin jauh dari perintah-perintah Tuhan. Sehingga hal tersebut menajiskan mereka. Tuhan ingin umat-Nya kembali ke jalan yang benar dan membangun relasi dengan-Nya dalam kekudusan. Ia berinisiatif untuk mengumpulkan bangsa yang tercerai- berai itu dan menahirkan mereka. Pentahiran adalah bangsa ritual ibadah orang Yahudi, yang bertujuan menguduskan seseorang yang telah melakukan kenajisan tertentu. Pemulihan Allah itu terjadi secara utuh, bahkan dalam teks yang kita baca disebutkan bahwa Tuhan akan memberikan roh serta hati yang baru. Hati dan kehidupan mereka yang telah rusak akibat dosa dipulihkan-Nya agar dapat kembali menjadi kudus dan mencerminkan umat pilihan-Nya.
Sahabat Alkitab, marilah hidup di dalam kekudusan. Hal tersebut memang tidaklah mudah karena kita harus berdiri memegang prinsip serta kebenaran firman Tuhan di tengah lingkungan maupun situasi yang memiliki nilai yang berbeda dengan prinsip yang kita anut. Namun ingatlah satu hal bahwa hidup yang berkenan kepada Allah jauh lebih berharga dari sekedar penerimaan dunia yang semu.