Perasaan bangga yang proporsional sesungguhnya dibutuhkan oleh seorang manusia. Hal tersebut membuat seseorang memiliki ketahanan terhadap perasaan rendah diri yang seringkali berdampak kontra produktif pada hidup seorang manusia. Rasa bangga itu bisa diperoleh berdasarkan apa yang kita miliki atau berdasarkan keyakinan yang kita pegang teguh sebagai seorang pribadi. Menjadi seorang Kristen seharusnya dapat melahirkan rasa bangga yang sama dalam diri orang percaya. Sayangnya dewasa ini karena akibat arus informasi yang begitu derasnya, kita justru meragukan iman kita atas dasar informasi sepotong yang didengar di media sosial. Kebanggaan atas apa yang kita imani inilah yang harus tetap kita pelihara agar terpelihara pula semangat untuk bersaksi dan bersyukur atas segala anugerah Tuhan yang telah kita terima.
Pada perikop kali ini, penulis surat Ibrani melanjutkan penjabaran mengenai status Yesus sebagai Imam Besar dan perbedaannya dengan para imam besar yang selama ini ada dalam tradisi Yahudi. Kini keunggulan keimaman Yesus atas semua imam besar Yahudi kembali digarisbawahi. Yesus digambarkan sebagai yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di Surga. Kata “duduk di sebelah kanan” merupakan sebuah ungkapan yang menunjukkan tempat yang istimewa dari Yesus dalam sejarah penyelamatan Allah. Yesus sejajar dengan Sang Bapa.
Dalam peran-Nya sebagai Sang Imam Besar, Yesus berada dalam kemah sejati yang didirikan Tuhan. Kemah sejati merujuk kepada kekekalan yang menjadi mungkin dikarenakan karya penebusan Sang Kristus. Itulah peran-Nya sebagai Imam Besar yang sejati. Segala ritual yang dilakukan oleh para imam yakni persembahan kurban dan ibadah lainnya hanyalah gambaran dari apa yang akan terjadi dalam kekekalan kelak. Perjanjian yang pertama antara Allah dengan Bapa-bapa leluhur Israel-lah yang menjadi dasar dari pelaksanaan bakti, sembah, serta ibadah kepada Allah. Kini melalui Yesus dan pengurbanan-Nya telah ditetapkan perjanjian yang baru dan didasarkan pada darah-Nya yang tertumpah bagi penebusan manusia dari dosa.
Sahabat Alkitab, kenyataan yang luar biasa itulah yang menjadi dasar dari bangunan iman kita. Saat Allah yang kita sembah memperkenalkan diri-Nya dalam karya dan kehadiran Tuhan Yesus Kristus. Kita tidak perlu ragu lagi akan apa yang kita imani, justru inilah saatnya mewujudnyatakan hidup yang seturut dengan keteladanan-Nya. Di saat yang bersamaan kita juga menjalani hidup dengan penuh kepasrahan kepada-Nya.