Kebaikan yang dilakukan dengan tulus mungkin tidak selalu mendapat balasan, tetapi bagi orang percaya kebaikan adalah panggilan, sebuah keniscayaan yang tidak tergantung pada pengakuan manusia.
Kisah Mordekhai dan Haman dalam Ester 5:9–6:3 adalah cermin yang memperlihatkan kontras tajam antara hati yang dipenuhi kebencian dan hati yang teguh dalam kebaikan. Haman, seorang yang telah menerima kehormatan dan kedudukan tinggi dari Raja Ahasweros, tetap merasa gelisah hanya karena satu hal kecil, penolakan Mordekhai untuk sujud kepadanya. Kepongahan dan kebencian telah membutakan hatinya, membuatnya tidak pernah merasa cukup dengan segala kehormatan yang telah ia terima. Di puncak kejayaannya, ia merancang kejahatan, mendirikan tiang gantungan yang tinggi untuk menyingkirkan Mordekhai, yakin bahwa kekuasaannya dapat menentukan nasib orang lain.
Namun, di tengah malam yang sunyi, Raja Ahasweros mengalami kegelisahan yang tak biasa, sehingga membuatnya tidak bisa tidur. Lalu Ia memerintahkan agar kitab pencatatan sejarah dibacakan kepadanya, dan di sanalah tertulis tentang Mordekhai, seorang yang pernah menyelamatkan nyawanya dari konspirasi jahat yang dilakukan oleh Bigtan dan Teres. Dari sinilah muncul keinginan raja untuk memberikan ucapan terimakasih kepada Mordekhai, mengingat ia memang belum pernah memberikan anugerah apapun kepadanya. Sungguh sebuah ironi, orang yang hendak dihancurkan akan mendapatkan penghormatan. Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang tak terduga, membalikkan keadaan hanya dalam sekejap
Sahabat Alkitab, melalui kisah hari ini, kita diperhadapkan pada dua pilihan yang selalu ada dalam kehidupan kita. Kebencian atau kebaikan yang mewujud dalam tindakan kita. Haman dikuasai oleh kebencian, hingga pada titik hendak menghilangkan nyawa orang lain. Sementara Mordekhai justru terselamatkan dari niat jahat Haman, karena kebaikan yang pernah ia lakukan kepada Sang Raja. Rupanya tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Meskipun demikian kita tidak boleh melakukan perbuatan baik dengan mengharapkan balasan. Dalam tuntunan Tuhan, kita seharusnya dapat melakukan kebaikan, apapun yang terjadi. Ingatlah bahwa kebencian akan bermuara kepada kehancuran, sebaliknya kebaikan dan ketulusan hati menjadi tempat bernaungnya kasih Allah yang menghadirkan damai sejahtera.