Melihat Realitas dengan Jujur

Renungan Harian | 17 Jun 2025

Melihat Realitas dengan Jujur


Di masa lampau, tabu rasanya untuk mengakui keterbatasan dan kerapuhan diri. Akibatnya orang cenderung ingin terlihat kuat, meskipun terkadang ia sedang tidak baik-baik saja. Pada akhirnya seseorang terjebak pada ilusi akan dirinya yang serba bisa dan kuat apapun yang terjadi. Kondisi ini disadari sebagai penyumbang terbesar bagi terganggunya kesehatan mental seseorang. Pengakuan akan kerapuhan diri justru menjadi jalan bagi eksistensi yang lebih jujur dan realistis. Hal tersebut bukan berarti glorifikasi atas kekurangan diri dan berdampak pada ketangguhan seseorang, melainkan sebagai pembuka jalan bagi pemulihan dan kejernihan untuk mencapai potensi diri. 


Pada teks yang kita baca, Allah sekali lagi menampilkan binatang mitologis yang dikenal dalam tradisi budaya-budaya di Timur Tengah kuno. Binatang itu adalah Lewiatan yang diterjemahkan sebagai buaya dalam Alkitab TB1. Sebagaimana Behemot, ia juga memiliki karakteristik yang membuat manusia tercekat, hanya saja tempat tinggalnya bukan di darat melainakn di air. Ayat 21-22 menunjukkan ketidakberdayaan manusia menghadapinya. Manusia tidak dapat memperlakukan Lewiatan sebagai ikan besar serta mengikat tali rotan pada hidungnya. Bahkan siapapun yang berniat untuk menantang Lewiatan pasti akan mundur dan tidak berdaya. Penguasaan manusia atas hewan tidak berlaku pada hewan besar ini. 


Sepanjang perikop kita melihat ketangguhan Lewitan. Seluruh badannya sangat keras dan tidak dapat ditembus dengan pedang. Ia tidak dapat dikalahkan oleh sebab itu menjadi sumber ketakutan manusia. Dengan kata lain Lewiatan menjadi simbol dari kekuatan destruktif yang ada di semesta dan kerapuhan kita dalam menghadapinya. Mengapa Allah menunjukkan kenyataan ini? Kita dipertontonkan akan Behemot dan Lewiatan perlambang kuasa destruktif yang mengitari dunia ini serta menelanjangi kita dalam kerapuhan serta ketidakberdayaan. Mungkin Allah hendak menunjukkan realitas lain yang juga ada pada semesta yakni kuasa penciptaan Allah yang melampaui kuasa-kuasa destruktif itu sehingga dalam kerapuhan pun kita dapat berpaling dan menjangkarkan seluruh eksistensi kita pada kuat kuasa-Nya. 


Sahabat Alkitab, pada hari ini kita diajak untuk melihat realitas dengan penuh kejujuran. Kita melihat kuasa-kuasa destruktif di sekitar kita. Perusakan alam, kejahatan merajalela, ragam penyakit yang semakin ganas, hingga beragam persoalan yang menyentuh kehidupan pribadi kita. Hal tersebut membawa kita pada kerapuhan yang tidak terelakkan. Namun pada sisi yang lain, sebagaimana yang Allah tunjukkan sendiri dalam perikop ini, kita melihat pengawasan dan kekuasaan Allah yang melampaui segenap kuasa-kuasa itu. Dengan demikian kita diajak untuk senantiasa melekat erat kepada-Nya seraya mengakui segala keterbatasan kita karena dalam kejujuran itulah kita melihat kuasa Allah yang membebaskan.



Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia