Ingatan dan pikiran manusia sangatlah kuat. Kita bisa mengingat peristiwa-peristiwa berkesan yang terjadi di masa silam. Bahkan kadangkala ingatan itu mewujud menjadi respons tertentu yang hadir di masa kini. Lalu, bagaimanakah jika dalam prosesnya kita malah mengingat kesalahan serta dosa yang pernah kita lakukan di masa lampau? Mungkin akan muncul rasa malu. Rasa-rasanya, kalau kita bisa kembali ke masa lampau, kita ingin mengubah kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan tersebut.
Pada bacaan kita kali ini, pemazmur juga merefleksikan dosa yang telah diperbuatnya di masa lampau. Ia bertanya-tanya apakah Allah sungguh mau mengampuni dosa-dosanya di masa lalu. Betapa malang dan celakanya jika Ia tidak mau mengampuni dosa serta pelanggaran kita. Dengan kesadaran itulah sang pemazmur memohon ampun kepada Allah. Ia sadar dan mengakui bahwa di masa mudanya, hidupnya penuh pelanggaran dan dosa.
Kini pemazmur ingin bangkit dari kesalahan masa lampau. Ia hendak mengandalkan Tuhan dalam menunjukkan jalan yang benar bagi-Nya. Permohonan-Nya hanyalah untuk hidup dengan berlandaskan pada kebenaran Tuhan. Tuntunan Tuhan pasti terjadi adalah setiap orang mau berjalan dengan rendah hati serta bersedia untuk dididik oleh-Nya.
Sahabat Alkitab, semua orang pasti punya masa lalu masing-masing. Bahkan seringkali masa-masa itu tidak luput dari kesalahan dan dosa. Tindakan terbaik yang dapat kita lakukan adalah mengakui segala kesalahan serta dosa masa lampau, memohon pengampunan Tuhan serta berjuang untuk hidup lebih baik seturut dengan jalan-Nya. Pilihan hidup tersebut akan membuat kita merasakan damai sejahtera, terlebih karena Allah punya watak penuh rahmat dan kasih setia.