Menjadi orang yang benar di hadapan-Nya seharusnya menjadi satu-satunya dambaan kita. Kebenaran itu bukan hanya tentang kehidupan spiritual yang terbangun baik, melainkan juga tentang mewujudkan kehidupan yang bertanggung jawab seturut dengan kehendak Tuhan. Allah berkenan kepada orang-orang benar dan dalam kebenaran itulah relasi kita semakin diteguhkan dengan-Nya. Hal tersebut menjadikan kita semakin bersinar di tengah-tengah dunia yang banyak berkompromi terhadap ketidakbenaran. 

Tema tersebut disampaikan pemazmur dalam pasal 26. Nuansa yang dibangun seperti seseorang yang tengah mengajukan banding pada sebuah pengadilan. Bedanya, kali ini ia naik banding kepada Tuhan sebagai Hakim tertinggi. Dalam rangka membuktikan kebenaran, pemazmur menunjukkan serangkaian fakta yang menunjukkan kualitas kehidupannya. Ayat 1-3 adalah pembelaan pertama yang menegaskan bahwa ia hidup dalam ketulusan menurut sifat dan kehendak Allah. Ia mengaku diri sebagai seorang benar. Bukan karena ia benar pada dirinya sendiri melainkan karena bersandar pada penyataan Tuhan sendiri. Sikap itu dapat diuji dan diselidiki, dicobai apakah ia tahan uji sampai terbukti terlihat hati yang mengarahkan diri pada kebijaksanaan. 

Maka sudah sewajarnya bila ia sungguh mencintai dan merindukan rumah Tuhan yang menjadi simbol keberadaan-Nya (ay. 8). Ia hendak menunjukkan komitmen untuk hidup dalam ketulusan dan iman tanpa keraguan. Hal ini bukan berarti bahwa pemazmur merasa dirinya tidadk pernah salah, melainkan ia hendak menunjukkan bahwa dirinya bersandar pada pengampunan dan karya Allah yang membentuk serta menuntunnya. 

Seruan pemazmur pada pasal 26 ini membantu kita untuk memiliki kejernihan hati dalam memilih yang benar di hadapan-Nya. Bukankah dalam hidup ini kita seringkali berada dalam ambang batas pilihan-pilihan yang bisa menjerumuskan kita pada ketidakbenaran. Pilihan itu terbungkus dengan begitu menarik serta menawarkan jalan keluar cepat menuju kenyamanan dunia, tetapi semua itu mengarah pada kebinasaan. Marilah hidup benar seturut dengan kehendak-Nya. Mintalah Allah untuk menguji hati kita agar jika terdapat motivasi hati yang kurang tepat, maka Ia dapat menegur kita dengan firman-Nya. Marilah kita menghidupi iman dengan komitmen kepada kebenaran dan kekudusan demi kemuliaan Allah.