Begitu tertariknya manusia modern terhadap tayangan-tayangan digital atau televisi seringkali bayangan dan pola pikir kita juga dibentuk oleh makna serta nilai yang ditampilkan disana. Cerita-cerita yang begitu menyederhanakan kehidupan seolah-olah menjadi inspirasi bagi realita yang terjadi. Kehidupan begitu hitam putih, mereka yang baik betul-betul “baik” tanpa ada cela, sementara mereka yang “jahat” digambarkan sangat jahat tidak ada sedikitpun kebaikan. Mereka yang melakukan kebaikan hampir pasti akan berbuah kebaikan, berlaku pula sebaliknya. Padahal dalam realitanya, bukankah sering terjadi bahwa kebaikan serta pilihan kita untuk berbuat benar justru menghadirkan tanggapan-tanggan yang tidak mengenakkan.
Inilah yang disoroti dalam firman Tuhan pada saat ini. Perenungan kita masih berpusat pada seruan pemazmur yang merasa begitu terhimpit dan menerima celaan yang begitu hebat. Padahal ia telah memfokuskan dirinya pada rumah Tuhan. Rujukan kesana bisa jadi menggambarkan nuansa penulisan syair tersebut yang diwarnai dengan semangat untuk membangun kembali rumah Allah paska pembuangan. Alih-alih damai sejahtera yang ia dapatkan, justru kain kabung yang dikenakannya. Perumpamaan tersebut menggambarkan dukacita besar yang hinggap di dalam hati sang pemazmur. Ia menjadi buah bibir penduduk kotanya. Dicemooh secara tidak adil. Bukankah ia berbuat apa yang benar, lalu apa yang salah? Begitulah seru pemazmur.
Sampai pada akhirnya ia menyadari bahwa ini bukanlah salahnya. Maka dengan penuh keberanian ia meminta perlindungan Allah. Ia dengan sungguh berseru memohon pertolongan Allah. “Berpalinglah kepadaku menurut rahmat-Mu yang besar!” demikianlah seruan pemazmur. Pemazmur meminta Allah untuk memandangnya dengan penuh kasih agar musuh-musuhnya pergi dan ia terbebas dari cengkraman yang jahat. Pemazmur memberikan keteladanan bagi kita untuk tetap berpegang teguh pada kebenaran-Nya karena sekalipun malapetaka datang, Allah tidak pernah berpaling dari orang-orang benar.
Marilah kita terus berbuat baik sekalipun tidak selalu berbalaskan kebaikan. Dari segala penggodaan dan pencobaan dunia, hanya Tuhan yang menjadi sandaran serta kekuatan kita. Berharaplah pada Tuhan dan kekuatan-Nya agar memberi kelepasan dari segala pencobaan yang terjadi di hidup kita.