Derita dan pergumulan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika kehidupan kita. Betapapun kerasnya kita bertanya kepada Tuhan tentang alasan penderitaan itu datang, jawabannya seringkali tidak kunjung datang. Meskipun demikian dalam iman kepada Allah, kita tetap dapat beroleh makna saat menempuh gumul juang tersebut. Itulah makna sejati dari penyertaan Allah. Ia tidak serta merta meniadakan derita dan menghadirkan “jalan mulus” sepanjang kehidupan kita, melainkan Tuhan menghadirkan penguatan, penghiburan, dan makna sejati bagi setiap orang yang bergantung pada-Nya.
Melalui firman Tuhan pada saat ini, kita diajak oleh pemazmur untuk menghayati pertolongan serta kasih setia Allah justru melalui derita yang pernah dialami umat-Nya. Yusuf yang pernah dijual sebagai budak di tanah Mesir diangkat menjadi contoh hidup beriman. Ia dijual, dibelenggu, dan dilupakan, meskipun demikian di balik jeruji besi, Allah sedang menyiapkan jalan keselamatan bagi banyak orang. Allah menyelamatkan bangsa Israel dari kelaparan karena Yusuf sang budak itu disertai Allah hingga dapat menjadi pemimpin di Mesir. Setelah itu ia mengundang Ayah serta seisi keluarganya untuk datang ke Mesir.
Sementara itu ketika zaman Musa tiba, bangsa Israel memang sedang mengalami penindasa. Namun di saat yang sama, Ia tengah menyiapkan pembebasan bagi bangsa-Nya. Saat Musa dan Harun meminta pembebasan bangsa Israel dari cengkraman Mesir, sesungguhnya Allah yang tengah berkarya. Dengan beragam tanda termasuk penghukuman atas Mesir, Allah menunjukkan kedaulatan-Nya.
Sahabat Alkitab, marilah kita terus berpegang kepada kasih serta ketetapan Allah terutama saat derita serta pergumulan datang. Mungkin kita tidak dapat melihat kasih serta pertolongan-Nya saat itu juga, tetapi yakinlah bahwa ada maksud baik Tuhan atas segala sesuatu yang terjadi di hidup kita. Maka dari itu tetaplah berpengharapan karena sebagaimana pemazmur nyatakan bahwa sepanjang sejarah, Tuhan senantiasa memelihara umat-Nya.

























