Pertobatan dan kesetiaan kepada Tuhan bukanlah sebuah keniscayaan. Melainkan sebuah sikat batin dan komitmen yang harus diupayakan dan diperjuangkan oleh insan berdosa. Komitmen teguh untuk bertobat seringkali datang melalui ingatan akan peristiwa tidak mengenakkan bahkan kesalahan di masa lampau. Namun pada satu sisi kita dituntun untuk melihat bahwa dibalik segala salah tersebut, ada Allah yang menanti dan merengkuh kita dalam kasih-Nya.
Pemazmur mengajak umat untuk mengingat kembali dosa-dosa leluhur mereka. Bukan untuk menyalahkan atau menuduh, melainkan untuk mendorong pertobatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Melalui luka masa lampau itu, umat diajak untuk melihat bahwa betapapun mereka tidak setia kepada Allah, justru Allah tetap menyatakan kasih setia-Nya.
Bahkan kesalahan paling fatal turut disebutkan oleh sang pemazmur yakni saat Israel justru menyembah Ba’al Peor (ay.28). Secara harfiah Ba’al Peor berarti Ba’al (dewa kesuburan Kanaan/Moab) yang disembah di Peor, sebuah gunung/daerah di wilayah Moab. Penyembahan kepada Ba’al Peor itu diikuti dengan perzinahan dengan perempuan-perempuan Moab. Akibatnya murka Tuhan bangkit dan hukuman Allah menimpa mereka. Israel melakukan hal yang keji bagi Allah. Dengan mengungkapkan kembali peristiwa tersebut dalam ayat 28, seluruh bangsa diingatkan untuk tidak jatuh pada kesalahan yang sama.
Saat memperhatikan dengan seksama bacaan kali ini, seharusnya kita pun tergugah untuk bertobat dan kembali datang kepada Tuhan. Di masa lampau kita mungkin pernah melakukan kesalahan dan berdosa di hadapan-Nya. Jadikanlah ingatan atas peristiwa gelap tersebut sebagai tonggak untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tuhan menantikan pengakuan dan pertobatan kita. Dari sanalah datang pemulihan sejati yang berlandaskan kasih serta anugerah Allah.
#DailyScriptureReading #renungan #renunganharian #saatteduh #renunganmazmur #lembagaalkitabindonesia

























