Dalam kerangka berpikir serta beriman kita, sesungguhnya mudah untuk menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa dan menciptakan segala sesuatu. Namun terkadang saat kehidupan harus berjumpa dengan badai, terkadang keyakinan iman tersebut sirna begitu saja. Maka kita perlu membangun sebuah relasi dengan Tuhan dengan mengingat akan segala karya serta kasih-Nya.
Itulah yang coba ditekankan oleh pemazmur dalam perikop yang kita baca. Ia mengajak umat untuk bersyukur kepada Tuhan. Pola puji–pujian ini beberapa kali terulang pada pasal 107. Menegaskan bahwa syukur adalah titik tolak dasar relasi kita yang tidak hanya diungkapkan secara pribadi melainkan juga dalam persekutuan orang beriman. Satu hal yang kita syukuri adalah kekuasaan Tuhan yang melampaui segala sesuatu sehingga kondisi apapun mampu diciptakan-Nya. Dalam ayat 31-32, pemazmur menceritakan bahwa bentang alam yang tidak terjamah manusia pun, bisa dengan mudah diubah-Nya. Maka sesulit apapun kondisi yang kita alami, Tuhan berkuasa untuk mengubahnya menjadi lebih baik.
Maka umat Tuhan di sepanjang zaman diundang untuk tetap setia kepada Tuhan. Ia selalu berada dan berpihak kepada mereka yang tersingkirkan dan tengah menghadapi derita dalam hidupnya. Kemudian pemazmur menutup syairnya dengan ajakan untuk senantiasa memperhatikan kasih setia TUHAN.
Sahabat Alkitab, mungkin saat ini kita tengah menghadapi pergumulan yang begitu berat. Bersyukurlah karena pada hari ini, Tuhan mengingatkan kita bahwa apapun yang terjadi Allah berkuasa menghadirkan pemulihan serta perubahan. Bersandarlah serta berharap kepada Tuhan semata. Hanya dalam Tuhan datang pertolongan abadi yang jauh melebihi akal pikiran kita.

























