Di zaman yang serba instan ini, tidak sedikit manusia yang menginginkan prestasi atau keberhasilan namun terlalu enggan untuk berproses mencapainya. Seolah-olah, sesuatu hanya perlu dipikirkan dan akan segera terwujud selepas pejaman mata. Inilah dampak buruk dari budaya instan yang perlu diwaspadai oleh seluruh manusia di masa sekarang, dimana kita hidup di tengah budaya serba cepat. Kita terlalu dibuai oleh segala kemudahan hingga tanpa sadar telah melupakan nilai penting dari sebuah proses pembentukan.
Pada delapan ayat pertama dari kitab Ulangan ini kita dapat melihat catatan pembuka mengenai kisah perjalanan keluarnya orang Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian. Terdapat beberapa momen penting yang secara sengaja disebutkan pada delapan ayat pertama ini sebagai pengingat tentang peranan TUHAN yang berperang dan membela bangsa Israel di tengah bangsa-bangsa lain yang jauh lebih mapan maupun kuat secara finansial, perekonomian dan militer. Kemudian, secara cukup lugas dikatakan bahwa Musa mengeluarkan sebuah pernyataan dari TUHAN pada tahun keempat puluh dari seluruh rangkaian pengembaraan bangsa Israel.
Tentu saja empat puluh tahun menjadi waktu yang lama untuk dijalani, bahkan untuk melakukan sebuah perjalanan dari tanah Mesir menuju wilayah Kanaan. Namun, hal ini bukanlah tanpa makna melainkan menjadi sebuah proses pembentukan dari TUHAN bagi bangsa Israel. Bahkan, di dalam perikop ini pula kita melihat TUHAN kembali berfirman kepada orang Israel untuk kembali melanjutkan proses dengan berkata, “Telah cukup lama kamu tinggal di gunung ini. Majulah, berangkatlah, pergilah…” Firman TUHAN ini pun menjadi sebuah seruan untuk tidak berdiam diri dan segera melanjutkan proses demi tercapainya sebuah janji berkat yang sudah TUHAN sediakan.
Sahabat Alkitab, salah satu jebakan dalam beriman adalah ketika kita berubah menjadi pasif dalam menjalani kehidupan ini dan menuntut TUHAN untuk menyelesaikan segala sesuatu yang tidak mau kita selesaikan. Tentu saja ini menjadi sebuah perilaku beriman yang keliru dan kurang bertanggung-jawab. Padahal, berdasarkan perikop Ulangan 1:1-8 ini misalnya, kita dapat melihat bagaimana TUHAN menginginkan orang Israel untuk terus melanjutkan proses. Janji pemberian tanah tinggal bagi orang Israel sudah disediakan oleh TUHAN, namun itu semuanya akan tetap menjadi sekadar janji jika mereka tidak mau berproses untuk mengerjakannya. Inilah mengapa, menjalani hidup beriman kepada TUHAN berarti kita bersedia untuk menjalani segala proses pembentukan yang juga sudah TUHAN sediakan. Jadi, apakah anda bersedia menajalaninya?