Keserakahan merupakan bentuk disorientasi keinginan pada diri seorang manusia yang tidak dapat dikendalikan untuk memenuhi ketertarikan keegoisannya, bukan untuk kebaikan sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Jadi, setiap bentuk keserakahan tidak pernah berfungsi memenuhi kebutuhan seseorang melainkan hanya untuk pemuasan keinginan dan daya tarik yang ada pada dirinya sendiri. Keserakahan pada diri manusia pun mewujud dalam beragam aksi, mulai dengan dampak yang berskala kecil hingga masif, misalnya: serakahan dalam hal makanan, status, perhatian, pengakuan, perjudian, kekuasaan, hingga menimbulkan peperangan. Setiap manusia pun tidak lepas dari kecenderungan keserakahan. Oleh sebab itu, memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mengendalikan diri menghadapi dorongan bertindak serakah adalah sebuah keharusan agar seseorang tidak menghancurkan dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Pada perikop ini pun banyak di antara orang Israel yang tidak mampu mengendalikan dirinya untuk menentukan batas keinginan dan kebutuhan pada saat Tuhan memberikan mereka burung puyuh sebagai permintaan akan daging yang telah mereka sampaikan sebelumnya. Pertama, mereka lupa untuk bersyukur atas kehadiran jawaban dari permohonan, meski dalam nuansa yang menuntut, yang telah mereka sampaikan kepada Tuhan. Kedua, mereka tidak mampu mengenali batasan kebutuhan daging yang sanggup mereka konsumsi sehingga mereka kelewat batas dalam mengumpulkan burung-burung itu hingga membuatnya berserakkan di sekeliling perkemahan. Ketiga, mereka tidak mampu menikmati berkat dengan kebercukupan dan kesadaran iman yang penuh kerendahan hati. Alhasil, perilaku mereka itu pun harus menerima dampak yang tidak sembarangan dari kemurkaan Tuhan.
Sahabat Alkitab, sebagai umat Tuhan kita sangat perlu berhati-hati terhadap dorongan daya keserakahan yang sangat mungkin menguasai diri kita, entah dalam hidup berelasi terhadap sesama manusia maupun dalam relasi dengan Tuhan. Alhasil, entah sadar maupun tidak sadar, kita justru menyikapi dan menuntut Tuhan dalam keserakahan seperti yang telah dilakukan oleh bangsa Israel sesuai perikop bacaan ini. Kita perlu melatih diri melawan keserakahan dengan mulai memahami batasan antara kebutuhan dan keinginan, melatih diri untuk terus bersyukur dan merespons berkat Tuhan dengan kerendahan hati agar tidak dinikmati dalam keegoisan.